RADARSEMARANG.COM, Semarang – Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kota Semarang mencatat 391 anak terdampak Covid-19. Bahkan, dari jumlah tersebut, empat anak di antaranya putus sekolah. Dan 94 anak lainnya butuh pendidikan dan pelatihan, karena orang tuanya sudah tidak bekerja.
Hal tersebut terungkap dalam workshop penyusunan rencana aksi dukungan bagi anak kehilangan orang tua akibat Covid-19 yang dilaksanakan DP3A Kota Semarang di Hotel Plaza Semarang Kamis (17/2). Menggandeng juga DP3AKB Provinsi Jateng, Yayasan Setara, yang didukung Unicef Indonesia.
Kasi Pengasuhan dan Lingkungan DP3A Kota Semarang Rustiyanah Rachman mengatakan, dari data tersebut ditemukan kasus terbanyak di empat kecamatan. Yaitu, Tembalang, Banyumanik, Ngaliyan, dan Semarang Barat. “Kami juga mengumpulkan data dari Jaringan Perlindungan Perempuan dan Anak (JPPA) di tiap-tiap kelurahan,” katanya.
Kemudian pihaknya mengumpulkan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan memetakan kebutuhannya. Masing-masing OPD di lingkungan Pemkot Semarang diharapkan membantu anak-anak terdampak, dengan data fiks, by name, by adress, lalu digarap bareng. Bahkan, akan difasilitasi dari Yayasan Setara.
“Setelah itu mengerucut, kami rapat koordinasi dengan semua OPD. Harapannya, anak-anak terdampak ini bisa tetap terfasilitasi pendidikan dan kesehatannya,” katanya.
Diakuinya, pendemi kali ini berdampak pada anak yang ditinggal orang tuanya karena Covid-19. Banyak anak menjadi yatim piatu. Ini mempengaruhi kondisi kesehatan dan pendidikan.
Karena itu, program jangka pendek adalah pemulihan psikis anak terdampak Covid-19. Pihaknya berencana mengumpulkan data per wilayah dan per kecamatan. Selanjutnya akan didata permasalahan apa saja yang terjadi dan kebutuhannya apa saja lalu direkap. (cr1/ida)