RADARSEMARANG.COM – Kampung Bahari yang digadang-gadang menjadi destinasi wisata baru di Kota Semarang belum juga rampung. Pembangunannya mulai sejak 2015 silam. Bahkan, mampu menyulap permukiman kumuh menjadi lebih elok. Namun kelanjutan proses pembangunannya masih belum jelas sampai kapan.
Kampung Bahari Tambaklorok yang beberapa waktu lalu menawarkan keelokan daerah pesisir, kini ditumbuhi rumput liar di sepanjang taman. Terutama mulai dari pintu masuk hingga ujung. Ada juga sisa material dan galian tanah kurang tertata rapi. Sampah berserakan di sepanjang area taman. Selain itu, beberapa huruf pada tulisan ‘Kampung Bahari’ yang menjadi ikon di pintu masuk, sebagian sudah terlepas. Di antaranya, huruf M, U, K sudah lepas.
Kampung yang terletak di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara ini oleh Kementerian PUPR dan Pemkot Semarang diproyeksikan menjadi destinasi wisata yang nyaman. Bahkan, sudah lengkap dengan pembangunan dermaga, jalan masuk, pasar, dan tempat pelelangan ikan, serta ruang terbuka hijau. Berbagai program penanganan permukiman kumuh dan pengentasan kemiskinan juga sudah dilakukan.
Salah satu warga Tambaklorok, Pandika, 57, mengakui, program Kampung Bahari telah mengubah kampungnya secara fisik maupun budaya menjadi lebih baik. Namun, masih kurang maksimal jika diperuntukkan sebagai tempat wisata. “Dulu memang sangat kumuh. Program Kampung Bahari mengajak masyarakat untuk lebih bersih dan tertata,” ujar bapak lima anak ini.
Kendati begitu, menurutnya, maju tidaknya Kampung Bahari Tambaklorok merupakan tanggung jawab bersama. Baik masyarakatnya, pemerintahnya, harus bersama-sama merawat. Sehingga pembangunan yang sudah dilakukan tidak sia-sia.
Sebenarnya masih ada program lanjutan dari Pemkot Semarang untuk pembangunan Tambaklorok menjadi destinasi wisata Kampung Bahari. Masyarakat Tambaklorok antusias terhadap program Kampung Bahari. Mereka juga ingin program Kampung Bahari dapat segera dituntaskan dan menjadi destinasi wisata yang dipandang di Kota Semarang. Dengan begitu, kesejahteraan masyarakat meningkat dengan munculnya usaha lokal di Kampung Tambaklorok.
Sedangkan Pengurus Bidang Sosial Komunitas Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Amron, 53, mengakui, Tambaklorok saat ini masih belum pantas menjadi tempat wisata. Selain kondisi dan tempatnya yang masih kurang bersih dan terawat, wisata yang ditawarkan masih sebatas Kampung Bahari. Bahkan masih menjadi langganan digenangi air laut atau rob. “Sebenarnya pembangunan ini untuk menarik wisatawan. Tapi kondisinya masih seperti ini,” kata Amron saat ditemui di rumahnya pada Selasa, (15/02).
Menurutnya, Pemkot Semarang punya agenda lanjutan terkait pengembangan Tambaklorok menjadi Kampung Bahari. Namun, hingga saat ini belum ada informasi yang jelas kapan dimulai lagi. “Kelanjutan pembangunan Kampung Bahari masih simpang siur,” ujar Amron melanjutkan.
Dirinya berharap, pembangunan wisata Kampung Bahari segera dilanjutkan. Apalagi masyarakat sudah bersiap. Jika nantinya ramai wisatawan yang berkunjung, perekonomian masyarakat tentu meningkat.
Ia mengajak berbagai elemen masyarakat untuk mengembangkan produk lokal Kampung Tambak Lorok. Misalkan Pernik-pernik, olahan ikan, atau kaos. “Sebenarnya cita-citanya banyak. Bahkan ada yang membangun ruko,” tuturnya. (cr3/ida)