RADARSEMARANG.COM, Semarang – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Semarang masih menunggu hasil pemeriksaan sampel whole genome sequencing (WGS) pasien terkonfirmasi Covid-19 di Rumah Dinas Wali Kota Semarang. Hasil sampel tersebut akan memastikan sudah masuk tidaknya varian omicron di Kota Semarang.
Total ada 20 sampel yang dikirim Dinkes Kota Semarang ke Laboratorium Kesehatan Provinsi Jateng. Sampai saat ini, hasilnya belum bisa diketahui karena masih dalam proses pemeriksaan.
“Kami mengirimkan 20 sampel. Pemeriksaan ini berhubungan dengan reagent yang dimasukkan ke alat,” kata Kepala Dinkes Kota Semarang M Abdul Hakam Rabu (12/1).
Untuk memprosesnya, harus menunggu jika sampel yang akan diperiksa belum memenuhi yang jumlahnya 47 sampel. Namun ia berjanji, jika hasilnya sudah keluar, Pemkot Semarang akan langsung menyampaikan ke masyarakat luas. “Pemeriksaan biasanya berlangsung selama dua hingga empat minggu. Kalau sudah tahu hasilnya akan saya sampaikan,” tuturnya.
Menurutnya, gejala virus varian omicron ini lebih ringan dari varian lainnya. Namun ia tetap mengimbau masyarakat lebih berhati-hati dan konsisten menerapkan protokol kesehatan. Misalnya, ketika mengalami gejala flu, masyarakat bisa memeriksakan diri agar segera dilakukan skrining deteksi dini. “Omicron lebih ringan. Omicron kaya flu biasa. Kalau flu, siap-siap di-WGS,” ucapnya.
Terkait kondisi pasien yang diisolasi di rumah dinas, kata dia, sudah ada 10 pasien yang dirawat sudah sembuh. Saat ini hanya tinggal delapan pasien yang masih dirawat dari jumlah total sebelumnya 18 pasien. “Kasusnya tinggal delapan. Kemarin yang diisoter sudah sembuh 10 orang,” tambahnya.
Dari delapan pasien ini, lanjut dia, enam pasien masih dirawat di rumah dinas dan dua lainnya dirawat di rumah sakit merupakan pasien luar kota. Kondisi tiga pasien di rumah dinas mengalami gejala ringan berupa batuk dan sisanya tidak ada keluhan. “Dua pasien yang ada di RS ini dari luar kota, satu pasien hamil,” katanya.
Random sampling terus dilakukan untuk mendeteksi sedini mungkin penyebaran kasus. Pekan pertama lalu, random sampling dilakukan di sekolah. Kemudian pekan kedua menyasar pasar dan pusat perbelanjaan. Pekan ketiga serta keempat di kantor swasta atau pemerintahan serta tempat wisata.
“Kasus kemarin (klaster perkantoran, red) adalah karyawan dengan mobilitas tinggi, mungkin saja keluar kota. Kalau di lingkungan Pemkot Semarang tidak boleh keluar kota,” pungkasnya. (den/ida)