RADARSEMARANG.COM, Semarang – Penataan Pasar Johar masih terus jadi polemik. Masih banyak pedagang yang tidak puas dengan hasil pengundian lapak yang dilakukan Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Semarang.
Bahkan lapak yang ada di Johar Utara dan Tengah pun sampai saat ini masih banyak yang kosong. Bentuk protes para pedagang ini, kemarin (3/12) mereka meletakkan lima karangan bunga tanda kekecewaan di depan Kantor Dinas Perdagangan.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi tidak memungkiri jika masih banyak pedagang yang tidak puas. “Penataan ini dilakukan menggunakan undian agar adil. Apalagi kalau melihat kapasitas di Johar Cagar Budaya (Tengah dan Utara) tidak mencukupi menampung semua pedagang,” katanya saat ditemui di Balai Kota Semarang, Jumat (3/12).
Hendi –sapaan akrabnya—menerangkan, jika kondisi Pasar Johar sekarang jauh berbeda. Sebelum terbakar, kata dia, Johar Utara bisa menampung 500 pedagang. Namun setelah direvitalisasi hanya bisa menampung 250 pedagang saja. Ia menerangkan, pedagang yang belum mendapat lapak di satu blok nantinya akan tetap diakomodasi untuk menempati blok lain.
“Solusinya ya pengundian. Kalau minta kembali lagi ke lapak dulu, ya kalau cukup. Kalau tidak, lalu apa solusinya? Tentu pengundian, mau nggak mau ya harus terima hasil pengundian itu,” tutur dia.
Ketika disinggung pedagang yang sudah mendapat lapak, namun masih belum menempati. Menurut Hendi, nantinya lapak tersebut bisa diberikan kepada pedagang lain yang belum mendapatkan lapak sama sekali. Dikatakan, masih banyak pedagang yang ingin menempati Pasar Johar Cagar Budaya.
“Kalau tetap nggak mau pindah ya tidak masalah. Yang mau masuk situ kan banyak, bisa diganti pedagang lain. Ini kan milik pemerintah, jadi kita yang mengatur. Kalau memang tidak mau, ya diberikan sama yang mau. Kita buat sederhana saja,” tegasnya.
Kepala Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Semarang Fravarta Sadman menambahkan, jika saat ini kapasitas Pasar Johar yang terdiri atas enam blok, yakni Johar Utara, Tengah, Selatan, Kanjengan, SCJ dan Alun-alun, sesuai perhitungan terakhir bisa menampung sekitar 5.300 pedagang.
“Kalau berdasarkan jumlah pedagang yang terdaftar memang tidak bisa menampung semua. Sebenarnya banyak pedagang yang tidak jualan di MAJT, ikut mendaftar di E-Pandawa. Nantinya kalau kenyataannya memang tidak aktif, nah ini yang nanti akan kita evaluasi,” jelasnya.
Sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda), jika dalam tiga bulan pedagang tidak menempati lapak di Pasar Tradisional, seperti Johar, Dinas Perdagangan berhak menarik kembali lapak tersebut dan dialihkan kepada pedagang lain yang belum mendapatkan lapak. “Bisa saja kita tarik kalau kosong, dan diberikan kepada pedagang lainnya,” tuturnya.
Menurut dia, ada sekitar 3.800 pedagang yang sudah masuk dalam sistem E-pendawa. Jika melihat keadaan di lapangan, banyak lapak yang masih kosong, Disdag pun akan semakin selektif melihat pedagang asli Johar yang akan masuk ke kawasan Pasar Johar.
“Kita harus cermat, kita harus seleksi yang memang pedagang asli Johar mana, karena banyak sekali yang mengaku pedagang Johar,” tandasnya.
Diakuinya, menghidupkan kembali pasar yang sudah direvitalisasi tidak semudah membangun pasar baru yang semua pedagang baru bisa masuk. Diperkirakan butuh waktu 2-3 tahun untuk benar-benar menata sebuah pasar revitalisasi termasuk Pasar Johar. “Berkaca dari beberapa penataan memang tidak bisa langsung serentak masuk,” tandasnya.
Kirim Karangan Bunga
Sementara itu, lima karangan bunga dikirim pedagang Pasar Johar ke Kantor Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Semarang, Jumat (3/12). Karangan bunga itu ditempatkan di depan kantor dengan tulisan yang mencolok. Ini sebagai wujud kekecewaan pedagang yang tak puas dengan penataan yang dilakukan Pemkot Semarang. Karangan bunga yang dipasang pedagang itu pun mendapat perhatian para pengguna jalan.
Sebab, kantor Disdag tepat berada di depan traffic light perempatan Jalan Kartini dan Jalan Dokter Cipto. Tulisan di karangan bunga juga sangat menggelitik. Di antaranya, ‘Kamu Tertawa Kami Menjerit Sakit’, ‘Tolong Kembalikan Hak Kami’ lengkap dengan tagar #SavePedagangJohar. Usai memasang karangan bunga, pedagang juga melakukan audiensi dengan Kepala Disdag, Fravarta Sadman.
Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Buser Indonesia Didik Agus Triyanto yang ikut mendampingi pedagang menjelaskan ketika bertemu dengan Kadisdag, pihaknya menyerahkan berkas para pedagang Johar yang merasa terlempar, dan mendapatkan undian di Shopping Center Johar (SCJ).
“Kami minta masalah ini bisa selesai tahun ini, sehingga awal tahun pedagang bisa menempati lapaknya. Sebenarnya masalah cukup banyak, ada pedagang yang belum dapat lapak, dan terlempar dari Johar Utara, Tengah ataupun Selatan. Intinya pedagang ingin kembali ketempat asal mereka,” katanya usai melakukan audiensi di Kantor Disdag, Jumat (3/12).
Dikatakan, penataan pasar dengan menggunakan aplikasi E-Pandawa, ada lebih dari 400 pedagang yang terlempar dari tempat asal mereka berjualan. Saat audiensi, kata dia, dinas juga meminta mengawal berkas yang disodorkan, sehingga bisa klir secepatnya. “Karena pakainya sistem dan zonasi, akhirnya banyak pedagang yang terlempar. Kita minta bisa dikembalikan sesuai tempat awal, minimal ada solusi buat para pedagang,” desaknya.
Yanto, salah satu pedagang mengaku belum bisa menerima hasil pengundian lapak dari E-Pandawa. Sebab, dirinya harus terlempar dari tempat lama, yakni di Johar Tengah. “Saya punya enam lapak di Johar Tengah, lha ini terlempar di Kanjengan. Malah pedagang baru dapat di Tengah dan Utara,” katanya kecewa.
Yanto mengaku kecewa lantaran sudah puluhan tahun berdagang di Johar Tengah sebelum terbakar 2015 silam. “Sudah puluhan tahun, masak kalah sama pedagang baru,” keluhnya.
Kepala Dinas Perdagangan Kota Semarang Fravarta Sadman menerima langsung perwakilan pedagang yang datang ke kantornya untuk beraudiensi. Disdag, kata dia, akan mengakomodasi dan memberikan solusi bagi para pedagang yang merasa tidak puas dengan hasil pengundian lapak.
“Ada yang sudah dapat, tapi tidak sreg karena tidak bisa kembali ke tempat lama, dan berharap bisa masuk ke lokasi lama. Nanti akan kita carikan solusi dan akan dilakukan evaluasi pada penempatan tahap pertama ini,” tuturnya.
Mantan Camat Tembalang ini mengaku, telah melayangkan surat pemberitahuan bagi pedagang yang sudah mendapatkan lapak undian di Utara, Tengah dan Kanjengan agar bisa masuk dan menepati lapaknya.
“Jika tidak ditempati, kita tidak bisa lakukan evaluasi. Bisa saja lapak kosong ini diberikan ke pedagang lain yang belum dapat,” tambahnya.
Dalam pengundian, lanjut Fravarta, sudah dilakukan secara independen dan transparan. Namun jika memang ada pedagang tidak percaya, menurutnya, hal tersebut merupakan hak pedagang. “Kita maunya duduk bersama, sehingga tidak ada yang disembunyikan lagi,” katanya.
Selain itu, dirinya juga meminta pedagang bisa mengkomunikasikan data yang belum mendapat lapak agar nantinya bisa diakomodasi secara tepat. Pihaknya ingin pedagang Johar kembali ke Pasar Johar, dan geliat ekonomi kembali bangkit. (den/aro)