RADARSEMARANG.COM – Dian Marta Wijayanti M.Pd, 29, merupakan salah satu guru yang berdinas di SDN Sampangan 01. Meski baru tujuh tahun menjadi guru, yakni semenjak tahun 2014, Dian sudah tertarik mengikuti program guru penggerak.
Bagi Dian, guru penggerak seperti lilin yang menyinari sekitarnya. Sudah seharusnya, guru membantu mengembangkan potensi tiap-tiap siswa. Pada dasarnya setiap siswa memiliki potensi, minat, dan bakat yang berbeda, sehingga tidak boleh disamaratakan dalam satu bidang saja.
Dalam program guru penggerak, Dian menjadi pengajar praktikum, bertugas melakukan pendampingan individu terhadap calon guru penggerak (CGP). Dian juga memiliki program mengajar yang menarik. Yaitu mengajari tembang dolanan yang sekarang mulai dilupakan anak-anak khususnya di wilayah Jateng. Padahal tembang dolanan itu sudah menjadi budaya yang harus dilestarikan.
“Anak-anak sekolah zaman sekarang sudah banyak yang lupa, bahkan tidak tahu mengenai tembang dolanan. Kalaupun tahu, mungkin hanya 2-3 macam tembang saja, padahal di luar sana banyak sekali tembang dolanan,” kata ibu dari Sastra Nadira Iswara dan Aksara Litera Ibdaputra kelahiran Blora 1 Januari 1992 silam.
Itu karena kurangnya eksplorasi, sehingga banyak yang tidak tahu. Seperti tembang witing klapa yang kini diajarkan Dian pada siswa didiknya di kelas 2 SD. Lewat tembang witing klapa, menjadi salah satu upayanya melestarikan budaya.
Metode pengajarannya dengan mengirimkan video tembang dolanan ke dalam grup whatsapp kelasnya. Lalu saat pertemuan akan berdiskusi bersama siswa untuk membedah tiap lirik dan mengartikannya.
Dian sendiri sudah memiliki usaha penerbitan. Di sela kesibukannya menjadi guru, ia membantu suaminya melakukan pengeditan buku-buku. Dengan adanya penerbitan ini, Dian membantu rekan-rekannya sesama guru dalam penerbitan buku.
Dian sendiri telah menulis buku Guru Zaman Now (Guruku, Sahabatku), Jejak Darah: Kumpulan Cerpen, dan Siapkah Saya Menjadi Guru SD Revolusioner? Tak hanya itu, Dian juga memiliki banyak prestasi seperti juara 3 dalam lomba penelitian tindakan kelas (PTK), juara 2 dalam penulisan karya ilmiah, dan menjadi fasilitator Tanoto Foundation.
Selama menjadi guru, Dian memiliki pengalaman yang tidak terlupakan saat mendampingi peserta didiknya dari kelas 5 SD dalam lomba karya ilmiah. Lomba karya ilmiah ini, mensyaratkan banyak ketentuan yang ketat sehingga beberapa peserta bimbang untuk mengikutinya.
Dian pun berupaya keras dengan mengajarkan dari hal yang sangat mendasar, mengajari menulis yang sesuai SPOK (subjek, predikat, objek, keterangan). Termasuk pembuatan daftar pustaka. Ini menjadi hal yang menantang bagi Dian. “Tetapi semua itu berbuah manis, dengan perolehan juara 2,” tutur istri Hamidulloh Ibda. (mg15/mg18/ida)