RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kota Semarang bakal menjadi tuan rumah Festival HAM 2021 pertengahan November mendatang. Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) RI, International NGO Forum on Indonesian Development (INFID), dan Kantor Staf Presiden (KSP) melakukan penandatanganan nota kesepahaman bersama dan perjanjian bersama tentang festival tersebut di Gedung Moch Ichsan Senin (18/10/2021).
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, Pemkot Semarang siap menyelenggarakan acara yang akan dilaksanakan 16-19 November mendatang. Ini menjadi momentum yang sangat menguntungkan bagi Kota Semarang, namun tetap harus dibarengi protokol kesehatan (prokes) dengan ketat. Selain itu, para peserta juga wajib sudah disuntik vaksin.
“Festival HAM sebagai tolok ukur Kota Semarang untuk dapat kembali menerima kunjungan dari berbagai daerah. Ini tantangannya bagaimana mengadakan event di tengah pandemi. Kami siap menyelenggarakan Festival HAM ini,” katanya.
Keyakinan Hendi –sapaan akrab wali kota- untuk dapat menyelenggarakan Festival HAM 2021 muncul karena data statistik Covid-19 Kota Semarang telah menunjukkan level 1. Walaupun saat ini wilayahnya masih berstatus level 2, jika merujuk instruksi Menteri Dalam Negeri (Mendagri).
“Karena itu, kita akan memakai metode luring dan daring dan memakai tiga hotel. Selain itu, akan ada swab PCR bagi perseta yang datang ke Semarang untuk melakukan kegiatan,” bebernya.
Pembukaan Festival HAM akan dilakukan di PO Hotel Semarang dan beberapa hotel lainnya. Masing-masing hotel akan menampung 200 perserta. Nantinya narasumber akan muter di hotel yang sudah bekerjasama dengan Pemkot.
“Masing-masing hotel 200 peserta. Pembukaan di PO Hotel. Semua melalui online. Setelah itu, narasumber akan muter ke masing-masing hotel. Ini jadi motor event-event besar. Kalau ini sukses, poin HAM jadi hal positif. Maka, manfaatnya besar untuk Kota Semarang,” jelasnya.
Hendi mengaku bangga Kota Semarang terpilih menjadi tuan rumah. Tahun ini tema yang diangkat adalah ‘Bergerak Bersama Memperkuat Kebhinekaan, Inklusi dan Resiliensi’. Penyelenggara memilih Semarang karena adanya kualitas aktivitas HAM di Kota Semarang, baik toleransi antarumat beragama maupun pemenuhan hak-hak dasar warganya.
“Lewat festival ini, kami ingin menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi di Semarang merupakan hal indah yang harus ditularkan. Istilah HAM diharapkan semakin familiar dan terimplementasi di tengah warga Semarang,” pungkasnya.
Komisioner Pendidik dan Penyuluh Komnas HAM RI Beka Ulung Hapsari menjelaskan, keterlibatan pemerintah daerah dalam melakukan festival akan menjadi ruang perubahan dan penegakan HAM. Selain itu, Semarang sengaja ditunjuk karena persoalan HAM yang ada mampu diselesaikan dengan baik. Ditambah leadership dan tata kelola pemerintahan juga sangat baik. “Festival HAM akan diikuti oleh peserta tidak hanya dari Indonesia, tapi juga internasional,” bebernya.
Deputi V Kepala Staf Kepresidenan RI Jaleswari Pramodhawardani menambahkan, Festival HAM kali ini mengambil tema Bergerak Bersama Memperkiat Kebhinekaan, Inklusi, dan Resiliensi. Tema ini selaras dengan HUT ke-76 RI yakni Indonesia Tangguh Indonesia Tumbuh.
“Pesan kebhinekaan ingin disampaikan pemerintah. Semangat inklusi dan rekam jejak resiliensi bangsa kita akan mampu membawa kita memenangkan peperangan melawan Covid-19,” terangnya.
Menurutnya, setiap daerah pasti memiliki friksi tentang HAM. Misalnya masalah intoleransi. Dari festival ini, bisa jadi ajang tukar pikiran, tukar pendapatan antara permasalahan yang dihadapi suatu wilayah. “Karena intoleransi ini pasti terjadi di setiap daerah mengingat Indonesia memiliki berbagai macam suku, etnis, dan agama,” kata Dani, sapaan akrabnya.
Direktur INFID Sugeng Bahagijo menambahkan, Festival HAM bukan sekedar event praktik terbaik. Namun ada dua tujuan besar yakni membentuk model nyata yang telah dilaksanakan dan diwujudkan oleh lebih dari 500 kabupaten/kota. Dan menjadi wadah pertukaran informasi. (den/ida)