RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pemanfaatan hasil panen mangga di Kampung Mangga, Kelurahan Banjardowo, Kecamatan Genuk, sudah tidak optimal lagi. Kini warga hanya menjual buah mangga saja. Tidak lagi mengolah mangga menjadi berbagai jenis makanan dan minuman.
“Warga yang umumnya bekerja sebagai karyawan pabrik sudah tidak memiliki waktu mengembangkan usahanya,” kata Ketua RW 9 Mashuri, 51, kepada RADARSEMARANG.COM.
Kampung Mangga di RW 9 ini sebenarnya telah diresmikan sejak tahun 2018. Kala itu, banyak warga yang menanam berbagai jenis mangga, seperti mangga harumanis dan manalagi.
Bahkan Dinas Pertanian Kota Semarang memberikan seribu bibit mangga dan pupuk bagi 500 warga yang ingin menanam pohon mangga. “Sehingga masing-masing rumah dapat menanam dua pohon di halaman rumahnya,” katanya.
Dulunya juga sering digelar pelatihan seperti membuat sirup dari mangga dan membuat dodol dari mangga. Sayangnya mayoritas warga yang bekerja sebagai karyawan pabrik, kini tidak ada waktu untuk mengolah buah mangga. “Padahal jika dapat diolah, untungnya banyak dan tidak harus menunggu panen,” jelasnya.
Apalagi pohon mangga dapat dipanen dua kali setahun. Namun, baiknya panen buah mangga yang bagus sebelum bulan Agustus. Setelah itu, buah menjadi kurang enak untuk dikonsumsi karena sudah memasuki musim penghujan.
Biasanya satu pohon mangga bisa dipanen dan dijual kepada tengkulak seharga Rp 5 juta. “Jika hanya menunggu ada tengkulak, ya rugi. Kami jual ke mereka per buahnya. Namun, mereka menjualnya per kilogram,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM Selasa (28/9/2021).
Ia berharap warga Kampung Mangga Banjardowo memiliki kesadaran terhadap lingkungannya. Seperti gotong royong membuat olahan mangga, sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi. (cr6/ida)
