RADARSEMARANG.COM, Semarang – Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Semarang tetap akan melakukan pemindahan pedagang ke Pasar Johar pada 23 September mendatang. Kendati pedagang merasa tidak dirangkul dan diajak berdiskusi, Disdag tetap akan melakukan pengundian lapak secara online.
“Teknis pengundiannya masih kami rapatkan lagi. Intinya secara online dan tidak akan dilakukan secara bersamaan,” kata Kepala Disdag Kota Semarang Fravarta Sadman usai rapat evaluasi bersama Komisi B DPRD Kota Semarang Rabu (15/9/2021).
Saat ini sudah dilakukan pemasangan nomor lapak sudah dilakukan. Disdag sudah memiliki data 3.802 pedagang yang terverifikasi. Setiap pedagang nantinya akan mendapatkan notifikasi mengenai nomor lapak dan waktu pemindahan melalui nomor telepon yang sudah dicantumkan.
“Setelah diundi, nanti pedagang dapat notifikasi lapaknya dimana dan kapan waktu pindahnya,” jelasnya.
Pada tahap pertama ini, kata dia, akan ditempatkan di Johar Tengah, Johar Utara, dan Kanjengan. Kapasitas masing-masing tempat pun berbeda-beda. Johar tengah dapat memuat 782 pedagang, Johar Utara 519 pedagang, sedangkan Kanjengan 734 pedagang.
Selain itu, Disdag juga menyiapkan Johar Selatan yang berkapasitas 704 dan basement Alun-Alun Johar yang dapat memuat 321 pedagang. “Nanti kalau dapat undian Johar Selatan, mungkin pindahnya pada Januari 2022. Ini karena dari kontraktornya menyampaikan Johar Selatan rampung Desember 2021,” tambahnya.
Nantinya Pemkot Semarang juga akan melakukan perbaikan di Shopping Center Johar (SCJ). Fravarta mengaku masih melakukan penggodokan formula yang tepat. SCJ ini bisa menampung sekitar 1.800 pedagang.
Disinggung terkait keluhan pedagang yang merasa tidak dirangkul maupun diskusi, ia menekankan jika Disdag telah berusaha mengakomodasi pemindahan pedagang sebaik-baiknya. “Kami sudah mencari formula yang tepat tanpa intervensi dari manapun. Intinya pasti ada yang tidak puas,” tegasnya.
Kembalinya pedagang ke Pasar Johar Baru ini, bukan berarti kembali ke titik semula sebelum terjadi kebakaran. Kondisi pasar setelah direvitalisasi saat ini berbeda dan harus mengikuti zonasi yang sudah ditetapkan.
“Kami tidak mau pengalaman yang dulu-dulu atau penataan pedagang yang dulu kurang baik terulang kembali,” jelasnya.
Sementara itu Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang Joko Susilo mengaku mendukung proses, alur, dan skema yang ditetapkan oleh Disdag. Namun politisi PDI Perjuangan ini meminta pemindahan pedagang bisa dilakukan secara bertahap karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19.
“Tadi kami sarankan dan minta ke Disdag terkait tempat dan registrasi pedagang yang lebih penting. Kapan akan diberikan, kapan kita meminta untuk dikondisikan satu los dulu, sehingga tidak pindah berbarengan,” tambahnya.
Adanya isu pedagang baru bisa masuk ke Pasar Johar, Joko dengan tegas menampik hal tersebut. Apalagi pedagang yang tidak memiliki register, tidak mungkin terdata.
Disdag sudah mengunci data register sejak tahun 2015. Selain itu, jika pedagang memiliki lebih satu lapak, namun dengan nama yang berbeda sesuai dengan register, tetap akan mendapatkan haknya.
“Namun kalau satu nama, lapaknya banyak, akan dikategorikan pedagang grosir. Itu akan masuk ke Pasar Induk yang rencananya akan dibuat tahun depan. Kalau misalnya namanya beda dari 12 lapak dan registernya beda akan dapat 12 lapak,” ujarnya.
Menanggapi keluhan pedagang yang tidak pernah mendapatkan pemberitahuan terkait rencana perpindahan pada 23 September mendatang, menurutnya tidak benar. Karena Disdag terus melakukan sosialisasi terhadap pedagang terkait proses pendataan hingga penempatan nantinya.
“Kalau pedagang bilang tidak tahu tentang pemberitahuan perpindahan, berarti salah besar. Karena sosialisasi terus dilakukan pemerintah mulai dari kebakaran sampai sekarang. Harapan kami tentu bisa lancar,” pungkasnya. (den/ida)