29.8 C
Semarang
Tuesday, 17 June 2025

Pembebasan Lahan Jalan Gajah Raya Baru Bisa Dilakukan Tahun 2022

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pelebaran Jalan Gajah Raya, Gayamsari, menjadi prioritas pembangunan Pemkot Semarang. Selain karena menjadi salah satu titik kepadatan arus lalu lintas, juga mendukung sektor pariwisata. Mengingat di kawasan tersebut ada objek wisata religi, yakni Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). Sayangnya, adanya pandemi Covid-19, menyebabkan revitalisasi jalan sepanjang 2,5 km ini tertunda.

Pantauan RADARSEMARANG.COM, saat jam sibuk kondisi Jalan Gajah Raya memang cukup krodit. Bahkan tak jarang menimbulkan kemacetan yang cukup panjang. Belum lagi saat hujan, jalan utama menuju MAJT ini juga kerap tergenang.

Afrianto, 31, salah seorang pemilik bengkel di Jalan Gajah Raya mengaku sudah mendengar rencana pelebaran jalan sejak 2005 lalu. Namun, sampai sekarang belum juga terlaksana. “Kalau pelebaran jalan pastinya kapan belum tahu, denger-denger tahun ini,” tutur Afrianto kepada RADARSEMARANG.COM, Rabu (4/8/2021) lalu.

Ia mengatakan, tidak masalah dengan adanya pelebaran Jalan Gajah Raya. Meskipun rumah dan usaha bengkelnya masuk dalam kawasan pembebasan lahan.

Nur Kholis, 51, warga sekitar Jalan Gajah Raya mengatakan, saat ini baru pembaikan gorong-gorong di Jalan Gajah Raya. “Saat ini mulai pembuatan gorong-gorong Mas, karena sering jadi langganan banjir,” ucapnya.

Ia menuturkan, warga mendukung jika Jalan Gajah Raya dilebarkan, termasuk perbaikan saluran agar tidak banjir.  “Sosialisasinya sudah beberapa tahun lalu. Cuma realisasinya kami belum tahu tepatnya kapan,” katanya

Lurah Sambirejo Ali Akbar mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan informasi yang banyak, karena masih dalam tahap perencanaan. “Masih proses tahapan rapat pertama. Saat ini masih dalam pendataan pembebasan lahan,” ujarnya. “Kami di wilayah hanya membantu menyukseskan program saja,” tambahnya

Pun dengan Lurah Siwalan Niken Nugrahaeni.Terkait pelebaran Jalan Gajah Raya, ia juga belum tahu kapan dimulai. “Karena wilayah kami hanya kena 3 meter. Yang jadi prioritas pembebasan lahan di wilayah Sambirejo,” katanya.

Kabid Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, Suriyati mengatakan, revitalisasi dan pembangunan Jalan Gajah Raya berorientasi pada akses perekonomian, kelancaran lalu lintas, dan penanggulangan banjir.

Atik –sapaan akrabnya–menjelaskan, selain pelebaran jalan, juga akan dilakukan normalisasi saluran air di sepanjang Jalan Gajah Raya. Apalagi ketika musim hujan, tak jarang jalan ini tergenang hingga menghambat lalu lintas.

Dikatakan, total kebutuhan anggaran untuk pembebasan lahan dan pembangunan jalan sendiri sekitar Rp 43 miliar. “Rencananya akan dilakukan keseluruhan, termasuk normalisasi salurannya agar tidak banjir,” ujarnya.

Sayangnya, rencana pembangunan ini tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Proses pembebasan lahan pun belum dilakukan, sehingga pembangunan fisik belum bisa dimulai. “Saat ini, proses pembebasan lahan yang baru direncanakan, tahun ini belum akan dilakukan. Kemungkinan baru bisa dilakukan pada tahun 2022 mendatang,” katanya.

Saat ini, pekerjaan umum baru difokuskan untuk perbaikan saluran dan gorong-gorong. Pembuatan gorong-gorong tersebut akan berlangsung selama tiga bulan terhitung dari Agustus hingga Oktober.  Sedangkan untuk rencana pelebaran jalan, sudah dipasang patok RMJ (Ruang Milik Jalan) di ruas – ruas jalan.  Saat ini, lebar Jalan Gajah Raya rata-rata 7 meter. Ke depan akan ditingkatkan menjadi 20 meter. Sudah termasuk jalur pedestrian dan drainase.

Wakil Ketua Komisi C DPRD Kota Semarang Suharsono menjelaskan, jika pelebaran jalan dan perbaikan saluran di Jalan Gajah Raya sebenarnya adalah program yang mendesak, dan harus dilakukan. Tujuannya, agar titik kemacetan dan banjir di Semarang bisa berkurang. “Tapi belum bisa dilakukan, harus ada pembebasan lahan dulu,” ujarnya.

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan, sebenarnya anggaran pembebasan lahan  sudah dianggarkan pada tahun ini. Namun karena ada syarat-syarat pengadaan lahan belum lengkap, sehingga harus ditunda.

“Pembebasan lahan ini belum klir. Ada beberapa titik yang dijadwalkan sampai kini belum klir. Kemungkinan mencapai Rp 20 miliar kebutuhannya,” bebernya.

Pemkot Semarang, kata dia, saat ini masih fokus untuk melakukan pembebasan lahan di Sungai Beringin, karena memang mendesak untuk mengentaskan banjir di Mangkang, dan sekitarnya.

“Ada beberapa agenda pembebasan lahan yang tertunda. Misalnya di Gatot Subroto, Gajah Raya, dan Srondol-Sekaran. Untuk yang di Beringin, ada penambahan lahan, jadi fokusnya ke sana. Saat ini masih proses review ulang, tapi titiknya sudah ditentukan,” katanya. (den/cr7/mg2/mg4/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya