RADARSEMARANG.COM, Semarang – Penurunan muka tanah di Kota Semarang semakin parah, setahun mencapai 10 sentimeter. Tambak, permukiman, pemakaman, lapangan banyak yang sudah menjadi korban keganasan alam.
Sebagaimana di RW 15 Kelurahan Tanjungmas atau Tambak Lorok. Warga terpaksa menguruk tempat tinggalnya agar tidak terendam air rob. Bagi yang punya budget terbatas, tentu harus membuat tanggul rumah agar air tidak masuk.
Slamet Riyanto misalnya, pria yang juga ketua RW 15 ini rumahnya nyaris tenggelam karena jalan perkampungan ditinggikan. Lantai dua rumahnya hanya berjarak kurang lebih 1,5 meter dari jalan. Sementara lantai pertama, ternitnya sudah nyaris menyentuh kepala.
“Ini rumah mertua saya. Dulu lantai satu ya hampir dua meter. Sekarang hampir satu kepala, memang ada penurunan tanah disini,” kata istri Slamet, Sri Wahyuni, kepada RADARSEMARANG.COM.
Namun tidak dipungkiri jika warga enggan pindah. Suaminya yang asli warga Tambaklorok mencoba beradaptasi. Termasuk 500 kepala keluarga yang ada di wilayah ini merasakan nasib yang sama.
Abdul Wachid, 50, warga lainnya mengaku saat kecil masih ada makam dan lapangan di sebelah utara perkampungan. Namun saat ini sudah tenggelam. Rumahnya pun hampir sama dengan rumah milik Slamet yang makin pendek karena penurunan tanah. “Sudah tenggelam semua, agar tidak kena rob ya harus meninggikan rumah,” paparnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Iswar Aminuddin, menjelaskan Pemkot Semarang sebenarnya sudah melakukan langkah antisipasi. Menurut mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) ini, penurunan tanah pertahun sekitar 10 sentimeter. “Penurunan tanah atau land subsidence itu penelitian memang sudah lama. Menurut penelitian pula, land subsidence mulai terjadi 20-30 tahun lalu,” katanya.
Faktor penyebab penurunan tanah sendiri, bukan hanya dari pengambilan air. Untuk itu, perlu penelitian lebih lanjut. Namun penelitian yang sudah ada, digunakan sebagai referensi untuk melakukan langkah antisipasi.
Pemkot, Pemprov Jateng, dan Pemerintah Pusat telah melakukan upaya agar wilayah pesisir ini tidak terus tenggelam. Misalnya dengan adanya perda larangan pengambilan air tanah, dua proyek jalan tol yaitu Tol Semarang-Demak yang sudah berjalan di sesi 2 dan tol pelabuhan atau Harbour Tol Road. Tol tersebut memiliki fungsi sebagai tanggul.
“Juga akan dibangun dua kolam retensi di Tol Semarang-Demak. Selain pengendali banjir, kami berharap kolam retensi yang luasnya kurang lebih 200 hektare bisa dijadikan cadangan air bersih,” ujar dia.
Menurutnya, mega proyek ini masih dalam proses perhitungan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan diharapkan selesai tahun ini. “Harbour tol road masih dalam kajian dari direktorat jenderal pembiayaan. Diharapkan tahun ini selesai soal nilai investasi,” tambahnya. (den/ida)
