27 C
Semarang
Friday, 10 October 2025

Kasus Positif Covid-19 di Semarang Turun

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SemarangKasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kota Semarang saat ini terus menurun. Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat, dan disambung dengan PPKM Level 4, menjadi salah satu faktor menurunnya angka Covid-19 di Ibu Kota Jateng ini.

Data di website siagacorona Kota Semarang, Selasa (27/7/2021) pukul 19.00 tadi malam, tercatat ada 995 pasien asal Semarang yang menjalani perawatan, dan 503 pasien dari luar kota. Turunnya angka ini membuat Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD KRMT Wongsonegoro (RSWN) mengalami penurunan pasien.

“Kondisi IGD yang mulai sepi terjadi sejak minggu lalu. Pasien isolasi sudah bisa masuk ke ruang kohorting semua, ada 4 pasien. Dan pasien non Covid sudah kita bagi ke ruang non isolasi di sayap kanan,” jelas Kepala Ruang IGD RSUD Wongsonegoro, Diah Setyowati kepada RADARSEMARANG.COM.

Menurut dia, saat ini sudah tidak ada lagi pasien yang mengantre di IGD untuk masuk ke ruang perawatan, baik itu isolasi atau rawat inap biasa bisa segera tertampung.”Ruang isolasi kami di sayap kiri semua pasien isolasi bisa langsung masuk. Pun rawat inap juga bisa langsung masuk, jadi tidak ada indent di ruang IGD,” ungkapnya.

Wakil Direktur Umum RSWN Eko Krisnarto mengaku sudah menutup dan mengubah lima ruang isolasi berkapasitas 110 tempat tidur (TT) menjadi ruang rawat inap biasa non Covid.

“Lima ruangan dengan total 110 TT yang kemarin dipakai untuk ruang isolasi sekarang sudah kembali diubah menjadi ruang non isolasi, jadi sekitar 30 persen untuk penurunan pasien,” tambahnya.

Kasus Covid-19 yang melonjak sejak awal Juli lalu, kata Eko, RSWN menerima hingga 512 pasien, dan saat ini menurun hingga 230-an pasien Covid yang dirawat.

“ICU isolasi kita masih tetap penuh ada 52 orang, karena banyak rumah sakit lain yang merujuk ke ICU kami,” tandasnya.

Sementara itu, Pemerintah Kota Semarang melakukan berbagai cara untuk mempercepat vaksinasi guna mengejar tercapainya herd immunity. Berbagai metode dilakukan, mulai dari memaksimalkan layanan di puskesmas, membuka belasan sentra vaksinasi, hingga jemput bola dengan melakukan vaksinasi keliling kelurahan.

Namun di tengah kerasnya upaya menggenjot vaksinasi, Pemkot Semarang kini justru menghadapi kendala menipisnya ketersediaan vaksin yang dimiliki. Dengan adanya kondisi ini, membuat  Pemkot Semarang harus menutup pelayanan vaksinasi yang ada di tiga sentra vaksinasi dan tujuh puskesmas. Sementara 16 puskesmas juga saat ini hanya mampu membukan layanan untuk vaksinasi kedua.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes)  Kota Semarang M Abdul Hakam mengungkapkan, kondisi tersebut terjadi karena terhambatnya distribusi vaksin dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

“Ketersediaan vaksin di Kota Semarang saaat ini tinggal 38.050 dosis. Diperkirakan hanya cukup untuk dua hari ke depan. Kita masih menunggu distribusi vaksin dari provinsi yang berasal dari pusat, di mana di pusat juga belum 100 persen ready sesuai sasaran,” katanya, Selasa (27/7/2021).

Meskipun begitu, Hakam meyakinkan bahwa Pemkot Semarang tetap membuka pendaftaran vaksinasi secara online, untuk kemudian nantinya dijadwalkan sesuai ketersedian stok.

“Akhirnya kami siasati dengan menyiapkan mekanisme pendaftaran secara online, untuk dapat kami jadwalkan sesuai dengan ketersedian vaksin yang ada,” ujarnya.

Di sisi lain, Hakam menuturkan masih berharap bisa mendapatkan buffer stok dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, juga mengirimkan surat ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk menambah alokasi vaksin di Semarang.

“Kami bersurat untuk meminta buffer stok dari provinsi. Kami juga bersurat ke Kemenkes melalui Dirjen P2P, agar jumlah stok yang dikirim ke Semarang bisa ditambah, atau mendapatkan vaksin mandatory atau alokasi khusus,” tandasnya.

Di tempat terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dr Yulianto Prabowo mengakui, pihaknya mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi di Kota Semarang. “Ya, kalau ada kita bagi, sekarang nggak ada, sudah kita bagi semua,” katanya.

Yulianto menuturkan, saat ini hanya mendapatkan alokasi dropping vaksin dari pusat sekitar 500 ribu dosis seminggu. Itu pun disebutkannya, 60hingga 65 persen di antaranya merupakan milik TNI-Polri.

“Vaksinnya saja 500 ribu seminggu kok, ya menyesuaikan jumlah vaksinnya. Kalau vaksinnya seminggu ada 2 juta ya kita habis. Kalau 500 ribu ya kita habis. Ya sesuai dengan vaksin yang ada aja,” tutur Yulianto. (den/aro)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya