RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pemerintah Kota Semarang berencana menggunakan Pasar Bulu sebagai pusat kegiatan pelaku ekonomi kreatif. Program ini diharapkan bisa meramaikan Pasar Bulu yang saat ini sepi pengunjung. Sejumlah kios sudah tutup dan beberapa ditempeli kertas berita acara penarikan kios oleh Dinas Pedagangan Kota Semarang.
Salah seorang pedagang buah, Surantinah, 48, langsung menghela nafas panjang saat diajak membahas keadaan Pasar Bulu setelah adanya revitalisasi. Pedagang yang sudah tidak bersuami itu mengatakan, setelah pasar diperbaiki, ia malah sering mengalami kerugian.
“Setelah dipindah ke atas sini mas (sambil menunjuk lapaknya) jualannya tidak laku, sehari dari buka jam 03.00 sampai tutup jam 16.00 paling dapet uang Rp 100 ribu, itu kalo dapat. Seringnya buahnya malah busuk dan tidak layak jual lagi,” ujar Surantinah kepada RADARSEMARANG.COM Selasa (8/6/2021) pagi.
Ia juga bercerita, sebelum pindah, hasil yang diperoleh ketika berniaga buah sangat lumayan. Karena ketika kulakan buah hingga Rp 1 juta-2 juta, pasti habis. Namun sekarang untuk cari omzet Rp 200 ribu saja kesusahan.
Pedagang pendatang itupun langsung menunjuk lorong di sekitar lapaknya yang memang sepi pengunjung. Bahkan ia menunjukkan deretan kios yang sudah ditutup oleh Dinas Perdagangan itu. “Kios itu kan sudah pada disegel karena tidak ada yang menempati, tapi memang dulu banyak kios yang sudah dibuka tapi sekarang tutup mugkin karena sepi, pembeli malas naik ke atas,” kata Surantinah.
Salah satu pengunjung mengatakan, lift lantai tiga sekarang dimatikan. Kondisi pasar yang kotor dan kurang tertata membuat pengunjung enggan datang. “Memang sampai saat ini Pasar Bulu masih terlihat sepi, selain itu kebersihan pasar dan penataan pasar tampak belum maksimal,” ujar Sulistyoningsih. (cr5/ton)