RADARSEMARANG.COM, Semarang – Angin puting beliung ngamuk di Kota Semarang, Sabtu (29/5/2021) sore. Akibatnya, sedikitnya 58 rumah warga mengalami kerusakan. Angin kencang terjadi di tujuh wilayah di Kecamatan Tugu, Ngaliyan, dan Semarang Barat. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini.
Di Kecamatan Ngaliyan, puting beliung terjadi di Jalan Silandak Selatan RT 7 RW 13, Kelurahan Purwoyoso. Di wilayah ini, delapan rumah warga mengalami kerusakan, terutama di bagian atap. Salah satunya rumah Sarip Suparyanto.”Bagian atap rusak semua, plafon, asbes hancur terkena puting beliung. Sekarang kami masih waswas kalau turun hujan,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM, Minggu (30/5/2021).
Dikatakan, angin lesus itu terjadi Sabtu (29/5/2021) sekitar pukul 15.00. Sebelum terjadi puting beliung, wilayahnya diguyur hujan deras disertai guntur menggelegar. Nah, saat itulah tiba-tiba terdengar suara gemuruh di atas rumahnya hingga mengakibatkan bagian atap beterbangan.”Saya di dalam rumah sama anak-anak. Suasananya mencekam gitu. Tiba-tiba ada suara gemuruh. Kejadian cepet banget, ya sekitar 15 menit, bagian atap jebol semua,” ujarnya.
Tampak bangunan dua lantai tersebut bagian atapnya telah hilang. Kemarin, Sarip terlihat sibuk menyingkirkan material berantakan di sekitar rumahnya. “Sementara tinggal di sini. Masih ada satu kamar yang tersisa yang bisa ditempati. Ya buat lima orang. Kalau yang atas tidak bisa ditempati,” jelasnya.
Pihaknya mengakui sudah didatangi oleh petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang dengan membawa bantuan sembako, selimut, dan peralatan sekolah.
Diakui, selama empat tahun menempati wilayah tersebut, baru kali ini terkena musibah puting beliung. “Alhamdulillah tidak ada korban jiwa, ya hanya kerugian meteriil sekitar Rp 10 juta,” katanya.
Di wilayahnya, juga terdapat tujuh rumah mengalami kerusakan yang sama. Yakni, rumah yang dihuni keluarga Purnomo, Leni Susanti, Riyati, Agus Supriyanto, Slamet Sarwono, Jumi’an, dan Sarwo Edi. Rumah tersebut milik Karyadi yang dikontrakkan.

Masih di Kelurahan Purwoyoso, angin putting beliung juga mengamuk di Jalan Borobudur Barat RT 8 RW 13. Di tempat ini, dua rumah milik Doni Tri Kurniawan, dan Slamet Wahyudi mengalami kerusakan.
Bencana puting beliung yang menekan korban banyak terjadi di Jalan Inspeksi RT 1-5 RW 2, Kelurahan Jrakah, Kecamatan Tugu. Di wilayah ini, sedikitnya 22 rumah warga mengalami kerusakan bagian atapnya. Yakni, rumah milik Agus Susanto, Sunardi, Solikin, Sriyono, Rendra Gunawan, Mashuri, Rusdi, Dwi Rohim, Sunaryo, Harni, Mustakim, Sudaryanto, Hendik Riwayanto, Budi Lamiyono, Jumini, Kolawi, Saliyo, Slamet Waluyo, Farur, Singih, Bukori, dan Maemonah.
Di Kecamatan Semarang Barat, angin puting beliung terjadi di tiga wilayah. Di Kelurahan Manyaran, puting beliung terjadi di Jalan Mendut Utara VI RT 06 RW 05. Di kampung ini, dua rumah mengalami kerusakan. Yakni, rumah milik Budi dan Amat.
Angin puting beliung juga menyapu atap rumah warga di Jalan Wonoharjo RT 08 RW 11, Kelurahan Kembangarum, Semarang Barat. Ada 14 rumah yang mengalami kerusakan. Yakni, rumah milik Tono, Marno, Rohmat, Bungkus, Usman, Paidi, Haryanto, Agus S, Kusmindar, Bayu, Harno, Abidin, Jamal, dan Salim.
Selain itu, di wilayah Kembangarum RT 03 RW 11, terdapat lima rumah juga rusak. Yakni, milik Sucipto, Dedi Kurniawan, Suryono, Dullah, dan milik Hepi. “Tidak ada korban jiwa, hanya kerugian meteriil. Dari BPBD Kota Semarang juga sudah mendatangi dan memberikan bantuan. Kamis juga sudah berkoordinasi dengan PMI terkait bantuan,” kata Lurah Kembangarum Poni.
Masih di Kecamatan Semarang Barat, lima rumah di wilayah RT 2 RW III Kelurahan Krapyak porak poranda. Minggu (30/5/2021) kemarin, warga setempat bergotong-royong memperbaiki atap rumah warga yang jebol. Sedangkan beberapa ibu rumah tangga menjemur pakaian, kasur, peralatan rumah tangga, kursi sofa, dan barang elektronik lainnya yang basah terkena hujan.
Ketua RT 2 RW III Supriyanto mengaku, angin puting beliung itu terjadi Sabtu (29/5/2021) pukul 15.30. Angin lesus merusakkan lima rumah yang dihuni 10 kepala keluarga (KK). Mereka terpaksa mengungsi ke rumah tetangga dan balai RW III. Kelima rumah tersebut adalah rumah milik Nugroho, Ngatmin, Sugondo, Sarjono, dan Joko Prayitno “Warga yang tertimpa musibah harus mengungsi ke rumah tetangga. Tetapi setelah itu tidak hujan, warga ada yang tetap di rumah,” katanya.
Saat kejadian, atap rumah warga beterbangan, baik galvalum maupun asbes. Bahkan, ada galvalum yang terbang sampai ke wilayah RT lain. Salah satunya rumah milik Sugondo terlihat rusak parah, karena atap ruang tamu dan salah satu kamar ikut rusak, serta bagian kamar lainnya berlubang karena tertimpa asbesnya sendiri. “Saat ini Balai RW juga digunakan sebagai posko dapur umum,” jelasnya.
Sugondo mengaku, kejadiannya sangat cepat, tahu-tahu hujan deras disertai angin kencang dari arah selatan. Kemudian dirinya menutup pintu, dan lari ke belakang. Tahu-tahu, asbes rumah terbang. “Setelah ada angin kencang, saya langsung lari menuju meteran listrik dulu untuk dimatikan. Soalnya kalau tidak dimatikan, sangat membahayakan,” katanya. (mha/hid/ida/aro)