RADARSEMARANG.COM, Semarang – Data Badan Pusat Stistik (BPS) menunjukkan angka pengangguran di Kota Semarang mencapai 9,57 persen. Lebih tinggi dari rata-rata pengangguran Jateng 6,47 persen dan nasional pada angka 7,7 persen. Pandemi Covid-19 menyebabkan 16-18 ribu karyawan di-PHK dari perusahaan. Belum termasuk pekerja informal yang ikut terdampak.
Kurangnya akselerasi penempatan tenaga kerja dengan kebutuhan dunia usaha dan industri ini cukup menjadi masalah di Kota Semarang. Belum lagi terbatasnya informasi lowongan kerja dan minimnya penanggung jawab.
Karena itulah, untuk mengatasi naiknya tingkat pengangguran terbuka, Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Semarang membuat aplikasi sistem informasi pasar kerja terbuka dan terpadu (Apik Kerjaku). Dengan platform pelayanan digital tersebut, Kepala Disnaker Kota Semarang Sutrisno dapat mewadahi berbagai kebutuhan pencari kerja.
Selain itu, melalui platform tersebut, masyarakat dapat mengakses informasi terkait ketenagakerjaan di Kota Semarang. Seperti halnya jumlah pengangguran yang terpantau secara real time. Begitupun data ketenagakerjaan lainnya. “Ini sesuai arahan wali kota, Apik Kerjaku dibuat untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja yang kita miliki,” tuturnya kepada RADARSEMARANG.COM.
Pihaknya bermaksud membuka banyak kesempatan untuk para pencari kerja menemukan perusahaan yang tepat. Pemerintah pusat sudah mengadakan kartu pra kerja. Selain itu, kartu AK1 untuk pencari kerja atau yang biasa disebut kartu kuning. Sekarang giliran pemerintah daerah ikut melakukan akselerasi. “Kami ingin segera mewujudkan jargon dari Pak Wali Kota, bangga dadi wong Semarang, gampang golek gawean (bangga jadi orang Semarang, mudah mencari pekerjaan, red),” imbuhnya.
Menurutnya, meningkatknya angka pengangguran juga dipengaruhi banyaknya jumlah perguruan tinggi di Semarang yang mencetak sarjana setiap tahun. Sedangkan tak semua lulusan berkompeten untuk bekerja di suatu lembaga atau perusahaan.
“Saat kuliah di kelas kan lebih banyak belajar teori, praktiknya belum tentu. Makanya di Apik Kerjaku, kami sediakan sekitar 10 pelatihan yang bisa dipilih calon tenaga kerja sesuai kebutuhannya. Semuanya gratis,” tegas Sutrisno.
Kompetensi pekerja dinilai sangat penting untuk perusahaan. Oleh karena itu, pihaknya ingin menjembatani para calon pekerja dengan berbagai perusahaan dan institusi melalui platform tersebut. Dengan begitu perusahaan menemukan kebutuhan tenaga kerja yang kompeten dan sesuai kualifikasi.
“Generasi ini sudah tidak perlu melamar kerja dengan membawa map ke perusahaan, kini semuanya sudah online,” paparnya.
Paltform tersebut memang menyediakan banyak infomasi lowongan kerja. Untuk melamar pun bisa dilakukan sekaligus. Begitu pula kartu AK1 juga bisa dibuat secara online. Sehingga calon pekerja tak perlu datang ke Kantor Disnaker Semarang. Meski demikian kantor tetap melayani selama hari kerja.
Saat ini sosialisasi sudah dilakukan di sejumlah kecamatan, simulasi juga tengah berjalan. Recananya bila simulasi cukup sekitar 50 persen, pihaknya akan merilis sistem ini bersama Wali Kota Semarang. Surisno memperkirakan launching akan digelar setelah lebaran.
Dalam praktiknya, pihaknya bekerjasama dengan banyak pihak. Mulai dari Disdukcapil, Diskominfo, UMKM, hingga LPK untuk membangun sistem yang terintegrasi. Ia harap big data yang dibuatnya itu benar-benar dapat mengoptimalkan akselerasi penempatan tenaga kerja di Kota Semarang. “Saya harap setidaknya angka pengangguran dapat berkurang satu persen tiap tahun,” tandasnya.
Ia mengimbau masyarakat untuk menggunakan fasilitas yang disediakan dengan maksimal. Tak perlu gengsi untuk mengikuti pelatihan bila memang ingin meningkatkan kompetensi. Karena ke depan, dunia kerja akan lebih inovatif dan terus berkembang. “Saat ini sudah mulai budaya baru di perusahaan yang mengatakan, ini bukan pegawai kita. Tapi mitra kerja yang membatu kinerja perusahaan,” ujarnya.
Oleh karena itu, ia juga menegaskan kepada semua lulusan baru untuk optimistis dalam karir dan meningkatkan kompetensi diri. Agar tiap individu memiliki nilai dan standar saat melamar. Tidak asal melamar sembarangan dengan kualifikasi rendah. “Jangan asal yang penting diterima, gaji berapa pun nggak masalah. Itu namanya nggak punya nilai atau harga diri,” katanya.
Untuk peluang kerja paling banyak saat ini ada di industri furniture dan garment. Salah seorang pengusaha asal Amerika Serikat tengah merintis bisnis furniture miliknya. Harapannya semakin banyak usaha, semakin banyak menyerap tenaga kerja. Khususnya adanya Apik Kerjaku dapat mempercepat turunnya angka pengangguran di Kota Semarang. (cr1/ida)