RADARSEMARANG.COM, Semarang – Gelaran fashion show secara virtual yang melibatkan 11 brand lokal Semarang, membuktikan eksistensi para pekerja seni. Acara yang digelar di Neighbor Cafe Semarang, Kamis (11/3/2021), bisa dinikmati secara live streaming melalui media sosial (medsos) tiktok dan Instagram.
Sedangkan yang menikmati secara langsung adalah para pengunjung kafe yang umumnya kaum muda. Acara tersebut berkonsep seperti halnya pameran kebanyakan. Hanya saja, tamu undangan dibatasi dengan tetap melakukan protokal kesehatan (prokes).
Kepada RADARSEMARANG.COM, Arga Iskandar, ketua penyelenggara mengaku, sempat mengeluhkan dampak pandemi Covid-19 terhadap bisnis hiburan yang digelutinya. Kendati demikian, pendiri sebuah Event Organizer yang ia beri nama O Productions tersebut, meyakinkan dirinya sebagai pekerja seni harus lebih kreatif dan adaptif. “Kita memang tidak bisa mengundang banyak orang, tapi bisa mengadakan acara secara virtual seperti ini. Pokoknya harus kreatif dan bisa beradaptasi dengan perubahan,” katanya.
Ia ingin memfasilitasi para pekerja seni dengan membuat terobosan, mengubah kafe menjadi tempat pameran. “Selain untuk promosi, acara ini juga bisa menjadi ajang relasi bagi para desainer,” katanya.
Nisa Ayu Rizkiyanti, seorang model menyambut baik acara tersebut. Menurutnya, acara fashion show tetap bisa digelar dengan cara-cara yang unik “Kalau sekarang sih lebih mengandalkan media sosial. Soalnya menggelar live show sekarang susah, pokoknya se-kreatif kitanya aja,” ujar model berusia 20 tahun ini.
Salah satu desainer yang turut berpastisipasi di acara tersebut, Niki Hutomo sempat mengeluhkan banyaknya orderan yang dibatalkan pelanggan. “Kalau kayak gini orang mau pake baju pesta juga bingung kan gak ada acara, ngapain bikin baju,” ujar pemilik brand fashion Tomo tersebut.
Namun, dengan terselenggaranya acara ini, ia bersyukur bisa menampilkan karyanya. Lebih jauh, Niki, panggilan akrabnya berharap vaksinasi bisa segera merata agar pameran yang melibatkan banyak orang bisa terselenggara.
“Desainer itu kan bikin karya. Karya itu harus ditunjukan keluar, bukan sekedar dibikin terus disimpen begitu saja. Nah, karena pandemi, kami terkekang disitu. Mau bikin karya tapi ndak bisa ditunjukkan ke orang. Bikin fashio show juga susah, paling bisanya virtual kayak gini,” tandasnya diamini oleh Nasrul, seorang perancang busana yang lain. “Pesanan memang sepi, beruntung ada acara seperti ini, walapun virtual seenggaknya saya bisa menampilkan koleksi saya,” katanya. (cr2/ida)