RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kampung Kranjangan Besar, Dadapsari, lokasinya tak jauh dari Masjid Layur. Dari Jalan Layur, masuk melewati gang yang hanya bisa dilewati pejalan kaki dan sepeda motor.
Saat koran ini mendatangi Kampung Kranjangan Besar, tampak tiga wanita yang sudah berumur asyik ngobrol. Ketiganya pun sudah mendengar jika kawasan Kampung Melayu bakal dilakukan penataan.
“Kami senang kalau ditata. Harapannya, perekonomian warga nanti bisa meningkat. Kami bisa jualan, kalau di sini jadi tempat wisata. Warga juga bisa buka lahan parkir,” kata Supini, 56, saat ditemui Radar Semarang, Jumat (5/2/2021) lalu.
Diakui, saat ini kondisi kawasan Kampung Melayu masih kumuh. Namun jika sudah direvitalisasi, ia berjanji akan selalu menjaga kebersihan.
“Kalau sudah ditata, ke depan pasti nggak kumuh lagi. Sama seperti di Kota Lama. Nanti tempat wisata sini bisa terintegrasi dengan Kota Lama,” ujar Indah, 57.
Sakdriyah, 74, menceritakan, kampungnya itu merupakan cikal bakal Kampung Melayu di Semarang. Seingat Sakdriyah, dulu saat Kali Semarang masih lebar, banyak pedagang dari Arab membawa dagangannya dengan kapal melewati sungai tersebut. Tak heran, jika
di kawasan tersebut banyak berdiri gudang milik pedagang.
“Di sini (Layur) ada warga keturunan China, Arab, India, dan Pakistan, makanya lambat laun menjadi Kampung Melayu,”ceritanya.
Sebelum bernama Jalan Layur, lanjut dia, pernah bernama Jalan KKO Anumerta Harun Tahir, kemudian menjadi Jalan Usman Jannatin, baru berganti Jalan Layur.
Salah satu bangunan cagar budaya di kawasan ini adalah Masjid Layur dan Kelenteng Dewa Bumi. Sejumlah kampung yang masuk kawasan Kampung Melayu, di antaranya Kampung Sup, Kampung Lawang Gajah, Kampung Sabun, Kampung Kranjangan, Kampung Lengkong Kambing, Kampung Lengkong Babi, dan Kampung Plimbungan. “Zaman dulu Kali Semarang itu banyak dilalui kapal pedagang. Dulu juga ada jembatan besar berdiri kokoh,” katanya.
Adapun makanan khas yang masih terjaga hingga saat ini di Kampung Melayu Semarang ini adalah nasi kebuli dan nasi tomat. Ada juga soto dan bubur kentan kincau. (jks/aro)