RADARSEMARANG.COM, Semarang – Banjir sejumlah wilayah Kota Semarang mulai surut. Kondisi tersebut didukung upaya Pemkot Semarang memaksimalkan pompa penyedot air pada sistem drainase. Kondisi banjir yang mulai surut itu ditegaskan oleh Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi usai meninjau sejumlah titik.
Namun dirinya juga tak menampik dalam menghadapi hujan ekstrem dengan siklus 50 tahunan yang melanda Semarang tersebut, daya tampung air pada drainase yang dibangun tidak mencukupi. Sehingga butuh waktu dalam penanganan.
“Jumat, mulai sekitar jam 12 malam sampai jam 8 pagi, lalu berhenti, kemudian hujan lagi sampai jam 1 siang, yang menurut BMKG kategorinya adalah hujan ekstrem di tiga kecamatan. Kemudian 11 kecamatan kategorinya hujan sangat lebat, dan dua kecamatan lainnya hujan lebat,” terang Hendi.
“Dari semua itu kami mencatat ada 27 titik tanah longsor, dan 29 titik banjir, dengan dua korban meninggal dunia karena longsor, dan dua karena tersengat aliran listrik,” rincinya.
Hendi menyebutkan, pascahujan ekstrem di Kota Semarang, hingga tinjauan pada Minggu (7/2/2021), titik banjir di wilayahnya sudah sangat berkurang. Terutama di jalan protokol, semuanya sudah kering. “Kami catat yang hari ini tinggal di Kecamatan Genuk, Pedurungan, juga daerah Puri Anjasmoro di Semarang Barat. Fokus kami saat ini terus menyalakan pompa-pompa, dan semoga satu dua hari tidak terjadi lagi hujan ekstrem di Kota Semarang,” harapnya.
Hendi menceritakan, sebelumnya pada malam hari dia sempat mengunjungi daerah Muktiharjo Kidul. Dia tidak dapat masuk karena kondisi genangan air sangat tinggi, namun pada tinjauannya yang kedua dia sudah dapat melintasi jalur tersebut.
“Untuk jumlah warga yang mengungsi juga sudah tidak banyak. Misalnya, di Semarang Barat sudah tidak ada yang mengungsi. Lalu di Trimulyo, Genuk, ada yang mengungsi pada satu dua musala, tapi jumlahnya juga tidak banyak, satu musala hanya 10 sampai 20 KK. Kemudian di Tlogosari Kulon, Pedurungan juga tadi malam bahkan sudah ada yang bersiap untuk pulang,” tuturnya.
Sementara itu, Hendi meluruskan, kondisi bencana banjir pada keseluruhan wilayah yang dipimpinnya tidak seperti yang dipikirkan oleh masyarakat di luar Kota Semarang. “Kalau pengungsiannya tidak sebanyak yang dibayangkan kawan – kawan, jika ada yang mengungsi karena kemarin banjir tinggi itu karena ada permintaan masyarakat untuk dievakuasi keluar. Setelah itu, mereka tinggal di rumah saudaranya, penginapan, atau hotel,” terangnya.
Di sisi lain, Hendi juga menegaskan akan melakukan evaluasi untuk menambah kapasitas drainase di Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah ini. “Evaluasinya pertama, kapasitas pompa harus ditingkatkan, karena kapasitas pompa yang kita punya itu hitungan hujan tahun 2013. Tapi dengan adanya hujan ekstrem seperti ini, pompa harus ditingkatkan agar dapat mengeringkan lebih cepat,” tekan Hendi.
“Kedua, memprioritaskan penambahan daya tampung saluran. Dan yang ketiga kami berharap pada percepatan normalisasi, termasuk pembangunan tanggul laut dari pemerintah pusat, melalui Kementerian PUPR,” imbuhnya. (BBS/zal)