30 C
Semarang
Tuesday, 17 June 2025

Pasar dan PKL Boleh Buka, Tempat Wisata Milik Pemkot Tutup

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pemerintah Kota Semarang siap melaksanakan Gerakan Jateng di Rumah Saja pada Sabtu (6/2/2021) dan Minggu (7/2/2021) sesuai dengan Surat Edaran (SE) Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Hanya saja, penerapan di Kota Semarang akan dilakukan modifikasi, terutama pada sektor tertentu. Misalnya, pasar tradisional dan pedagang kecil agar tidak memberatkan masyarakat.

“Kami sudah melakukan rapat koordinasi terkait itu (SE Gubernur, Red) agar gerakan tersebut berhasil,” kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi saat ditemui di kantor wali kota, Rabu (3/2/2021) petang.

Hendi –sapaan akrabnya– menjelaskan, SE Gubernur Jateng memiliki substansi agar warga bisa berdiam diri di rumah selama dua hari atau akhir pekan ini untuk menekan angka penyebaran Covid-19. Dalam SE tersebut, lanjut Politisi PDI-Perjuangan ini, mal, tempat hiburan, tempat wisata, dan pasar tradisional agar ditutup. Namun Hendi tetap melakukan modifikasi kebijakan agar tidak memberatkan warga. Misalnya, untuk pasar tradisional harus mendapatkan kelonggaran, karena menjadi tempat pusat logistik dan kebutuhan pokok.

“Dalam SE tersebut, poin pertama huruf b,  sektor esensial logistik dan kebutuhan masyarakat bisa beraktivitas. Namun dalam huruf c disebutkan pasar masuk dalam kegiatan yang harus ditutup. Yang terinci jelas kita jalankan. Ada yang perlu dimodifikasi, misalnya pasar. Boleh buka, namun tidak bergerombol,” jelasnya.

Hendi mengaku telah meminta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) untuk melakukan inventarisasi tempat wisata milik pemkot agar ditutup. Misalnya, Semarang Zoo, Taman Lele, Goa Kreo, dan lainnya. Sedangkan untuk penutupan jalan, masih tetap sama, yakni hanya tujuh ruas jalan yang ditutup. Bagi yang melanggar, lanjut Hendi, belum ada sanksi khusus yang mengatur secara teknis.

“Intinya adalah masyarakat yang pendapatannya harian juga perlu dilindungi, kita melihat situasi. Petugas di sini akan melakukan tindakan persuasif selama gerakan ini berlangsung,” bebernya.

Meski demikian, Hendi mengajak warganya mengikuti gerakan tersebut, dan tidak perlu panik dengan berbondong-bondong membeli bahan pangan sebelum hari Sabtu. “Sejauh ini bahan pokok tersedia dengan baik, tidak usah panik lalu nyetok di rumah. Ini cuma dua hari. Semoga niat baik ini dapat menurunkan kasus Covid-19,”harapnya.

Disinggung terkait pedagang kaki lima (PKL), Hendi merujuk jika operasional PKL tetap mengikuti aturan PPKM yang tutup pada pukul 22.00, karena dalam kebijakan ‘Jateng di Rumah Saja’ tidak mengatur tentang PKL. “Untuk PKL masih berlaku aturan PPKM, dan tutup pada pukul 22.00 malam,”katanya.

Hendi berharap program dari Gubernur Ganjar ini benar-benar bisa  menekan angka penyebaran Covid-19 di Kota Semarang. Ia menjelaskan, jika selama PPKM tahap kedua ini, penurunan angka penularan malah cenderung stagnan.

“Sekarang yang kita khawatirkan adalah PPKM kedua sejak 25 Januari-8 Februari hingga saat ini justru angkanya stagnan terus 800-900-an, penurunannya belum kelihatan meskipun juga tidak naik. Maka inilah yang harus kita evaluasi,”ujarnya.

Hendi menjelaskan, jika akan memaksimalkan sisa PPKM II untuk menekan angka Covid-19. Misalnya, terus melakukan operasi rutin tingkat kelurahan, kecamatan maupun kota terkait penerapan protokol kesehatan warga.  “Setiap hari petugas dari tingkat kecamatan hingga kota sudah patroli untuk menjaring para pelanggar perwal yang sudah kita buat,” katanya.

Terpisah, Kapolda Jateng Irjen Ahmad Luthfi menegaskan, pihaknya mendukung penuh gerakan ‘Jateng di Rumah Saja’ pada Sabtu dan Minggu ini. Dukungan diberikan dalam bentuk operasi yustisi secara masif.

Luthfi mengatakan, gerakan ini pada dasarnya menindaklanjuti kebijakan pemerintah pusat yang melakukan PSBB lokal atau PPKM Jawa-Bali. Selain itu, tentunya menekan angka Covid-19 di Jateng yang masih tinggi.

“Sehingga kita TNI, Polri, dan Satpol PP yang tergabung dalam Satgas Yustisi mendasari Inpres Nomor 6 Tahun 2020 dalam rangka peningkatan disiplin dan penegakan hukum itu kita melakukan peringatan dan penertiban di jalan-jalan dengan imbauan, kayak gitu,” ucap Luthfi, Rabu (3/2/2021).

Kapolda mengatakan, operasi yustisi yang dilakukan pada dasarnya sama dengan yang selama ini terlaksana. Tentunya, dengan menindak para pelanggar protokol kesehatan. “Jadi tetap yustisi, tidak ada penindakan khusus,” tandasnya.

Ia mengimbau, masyarakat juga tidak berlebihan dalam mempersiapkan diri berpartisipasi dalam gerakan Jateng di Rumah Saja. Sebab, kata Luthfi, gerakan tersebut hanya berlangsung dua hari. “Masyarakat tidak usah terlalu panik, karena cukup dua hari, tidak usah memborong makanan berlebihan,” pesannya.

Dikatakan Luthfi, prinsipnya jajaran Polda Jateng mendukung apapun upaya Pemprov Jateng dalam menurunkan angka kasus Covid-19 yang hingga kini grafiknya masih fluktuatif. “Pada dasarnya polda mendukung gerakan ini, karena di tempat kita sangat tinggi sekali, tidak pernah bisa turun, kan kita juga waswas,” tandasnya.

Hal senada disampaikan Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jateng Edi Wuryanto. Ia menegaskan, pihaknya sangat setuju dan mendukung gerakan Jateng di Rumah Saja yang dicanangkan Gubernur Ganjar. Menurutnya, langkah itu penting sebagai upaya mengubah perilaku masyarakat untuk disiplin protokol kesehatan, khususnya di sektor hulu.

“Sangat setuju dan saya mendukung, karena ini penanganan pada level hulu. Selama ini, kita fokus pada sektor hilir terus, padahal hilir tidak akan selesai kalau hulu tidak diperbaiki,” kata Edi, Rabu (3/2/2021).

Menurut Edi yang juga anggota Komisi IX DPR RI ini, perilaku masyarakat saat ini masih abai terhadap protokol kesehatan. Masih banyak warga yang keluar rumah untuk kegiatan yang tidak perlu atau prioritas. “Kalau keluar rumah untuk kerja atau kepentingan yang prioritas, itu wajar. Tapi, kalau keluar sekadar nongkrong, ngobrol, ngopi atau wisata saya rasa bisa ditunda dulu agar kurva peningkatan Covid-19 bisa ditekan,” tegasnya.

Dukungan serupa disampaikan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Ketua IDI Cabang Kota Semarang Dr Elang Sumambar mengatakan, pihaknya sangat setuju dengan Gerakan Jateng di Rumah Saja selama dua hari. Menurutnya, langkah itu penting diambil sebagai upaya untuk menekan angka kesakitan yang terus meninggi.

“Saya sangat setuju, karena angka kesakitannya tinggi. Dan salah satu cara untuk memutus mata rantai itu adalah dengan mengurangi aktivitas masyarakat di luar rumah,” kata Elang.

Dia berharap masyarakat Jateng mendukung program tersebut dan dengan sadar melaksanakannya. Selain untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19, gerakan itu penting sebagai bentuk membantu tenaga kesehatan melawan pandemi. “Banyak teman-teman sejawat kami yang gugur selama menghadapi pandemi ini. Masyarakat juga sudah banyak yang meninggal. Artinya, kenapa sih dua hari saja kita tidak coba ke sana, untuk silent, dan membantu para tenaga kesehatan sekaligus memberikan penghormatan,” tegasnya.

Elang menduga akan banyak masyarakat yang kurang sepakat dengan gerakan ini. Sebab, kebijakan itu dapat mengusik zona nyaman mereka sehari-hari. “Maka saya minta, ayo pandemi ini kita hadapi bareng-bareng. Tidak hanya kami di kesehatan saja, tapi juga semuanya,” tegasnya.

Elang juga menjawab keraguan masyarakat akan efektivitas Gerakan Jateng di Rumah Saja. Bagi mereka yang mengatakan tidak akan bermanfaat karena hanya dilakukan selama dua hari, namun Elang memiliki pandangan berbeda. “Meskipun hanya dua hari, tapi ingat bahwa Sabtu-Minggu itu waktu di mana banyak orang keluar rumah. Seperti terkompensasi, sehingga kadang kontrolnya lepas. Banyak yang pergi wisata, nongkrong dan lainnya karena itu sudah budaya. Meskipun ini hanya dua hari, tapi kalau bisa dilakukan pasti berdampak bagus untuk mengurangi mobilitas masyarakat yang tinggi,” jelasnya.

Elang berharap. masyarakat Jateng legowo melaksanakan dengan sepenuh hati. Tidak akan sulit untuk menahan diri di rumah hanya dua hari saja, apabila semuanya sudah disiapkan. Masih ada beberapa hari lagi yang dapat digunakan untuk persiapan, sebelum pelaksanaan berlangsung, agar tidak kerepotan.

“Dan sebenarnya, kalau dua hari itu dimanfaatkan dengan benar untuk istirahat setelah sebelumnya bekerja, itu akan bagus dari sisi kesehatan. Dengan istirahat, akan membentuk antibody yang baik lagi, sehingga pada Senin esoknya akan kembali bugar,” tutupnya.

Sementara itu, pendapat berbeda diungkapkan Ketua Srikandi Pemuda Pancasila (PP) Provinsi Jawa Tengah Monalisa CF Daniel. Ia justru menyesalkan kebijakan yang dikeluarkan Gubernur Ganjar Pranowo terkait program Jateng di Rumah Saja yang bakal diterapkan akhir pekan ini. Ia juga mempertanyakan kebijakan tersebut tujuannya untuk apa, karena pasar, tempat makan, dan lainnya bakal ditutup.  “Kebijakan di rumah saja ini juga cuma dua hari, tentu tidak efektif sama sekali,” kritik Monalisa CF Daniel.

Meski begitu, Wakil Ketua Komnnas Perlindungan Anak Jateng ini sepakat kalau mal dan tempat wisata ditutup sementara.  “Kebijakan kayak gini mestinya dipikir masak-masak. Kalau urusan perut perlu dipikir lagi,” ujarnya. (den/jks/aro)

 


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya