RADARSEMARANG.COM, Semarang – Film independen (indie) di Kota Semarang sedang berkembang pesat. Terbukti dengan jumlah produksi film pendek yang ada di Kota Lumpia ini. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan prestasi di tingkat nasional maupun internasional.
Hal itu diungkapkan Petrus dari rumah produksi film JAPHD Office dalam press conference dan virtual screening kemarin (27/1/2021). Dalam kegiatan tersebut Praya.id, publiser film daerah bekerja sama dengan JAPHD Office, menyelenggarakan pemutaran film secara virtual bertemakan “Julat Film Indie Indonesia di Kota Semarang”.
“Jumlah tontonan yang meningkat idealnya dibarengi dengan penonton yang meningkat pula. Acara press conference dan virtual screening ini bertujuan untuk mengajak masyarakat, khususnya di Semarang, menonton film pendek sebagai pilihan tontonan alternatif,” kata Petrus melalui Zoom Meeting Rabu (27/1/2021).
Film Berlabuh karya Haris Yuliyanto, salah satu film yang diputar, telah berhasil masuk dalam Official Selection Indonesia Film Splash di Jogja-Netpac Asian Film Festival 2020 (JAFF 2020). Film ini menyuarakan realita yang dihadapi para awak kapal yang tak kunjung mendapat gaji meski dengan beban kerja yang berat. “Berlabuh terinspirasi dari pengalaman pribadi karena bapak saya pelaut, itu yang mendasari saya untuk membuat film ini,” ungkap Director dari film Berlabuh, Haris Yulianto.
The Secret Club Of Sinners, film kedua dari pria yang akrab disapa Haris itu juga berhasil meraih 10 besar kompetisi ide cerita dalam Anti Corruption Film Festival 2020. Film ini memotret praktik korupsi yang terpaksa dilakukan oleh masyarakat kelas bawah sebagai kritik atas kerja pemerintah. “Film ini dibuat untuk mendukung KPK dalam memberantas korupsi dan disesuaikan dengan tema kompetisi, yaitu anti korupsi,” jelasnya.
Film terakhir, Terciduk karya Alan Dharmasaputra Wijaya berhasil menyabet Best Acfest Movie Award kategori animasi dalam Anti Corruption Film Festival 2020. Alan mengakui proses produksi dalam film animasi ini cukup berbeda. Sebab membutuhkan waktu yang cukup panjang, tetapi proses kreatifnya terbilang sederhana.
“Prosesnya seperti membuat sketsa, kemudian tiap karakternya digerakkan. Selain karena sudah terbiasa dan background saya adalah ilustrator, jadi lebih menarik buat saya untuk mengeksplore di bidang animasi,” jelas Alan.
Selain sebagai bentuk apresiasi terhadap hasil karya anak muda Semarang yang berprestasi dalam ajang festival film nasional dan internasional, acara ini juga diharapkan dapat membantu para pegiat film independen untuk lebih berperan aktif dalam membentuk ekosistem perfilman yang ideal.
Kegiatan ini juga berkolaborasi dengan Sinecovi, kelompok yang fokus pada bidang ekshibisi dan apresiasi film di Kota Semarang. (mg1/zal)