RADARSEMARANG.COM – Pasar Johar Cagar Budaya (heritage) sudah selesai dipugar. Namun hingga kini belum ditempati pedagang. Pasalnya, pemindahan pedagang yang saat ini menempati lahan relokasi Pasar Johar Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) belum bisa dilakukan dalam waktu dekat. Para pedagang minta agar pemindahan dilakukan serentak. Praktis, pasar yang sudah dibangun dengan desain ciamik itu sekarang terkesan mangkrak.
Ketua Persatuan Pedagang dan Jasa (PPJ) Kota Semarang Ngadino mengatakan, pembangunan dua gedung di kompleks Pasar Kanjengan yang belum selesai membuat pedagang di MAJT belum bisa dipindahkan. “Pasar Johar cagar budaya itu tidak mampu menampung seluruh pedagang, sehingga pedagang memilih menunggu penyelesaian dua gedung di kompleks Kanjengan,” kata Ngadino, kemarin.
Menurut Ngadino, Pasar Johar cagar budaya diperkirakan hanya mampu menampung 50 persen pedagang. “Mosok hanya 50 persen saja yang bisa berjualan di Pasar Johar, sedangkan 50 persen lainnya masih di MAJT. Untuk itu, biar gedung baru itu jadi, baru nanti bisa pindah. Biar kompak,” ujarnya.
Ia mendesak Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) serta Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mempercepat pembangunan dua gedung baru untuk menampung para pedagang Johar tersebut. “Harapannya, sejak mulai tander sampai jadi, hanya dalam waktu empat bulan, sehingga pedagang tidak menunggu lama,” katanya.
Diakui, selama menempati Pasar Johar Relokasi di MAJT, hampir 99 persen pedagang tidak bisa berjualan seperti sebelumnya. Bahkan, ada beberapa yang banting stir menjadi ojek online, dan berjualan nasi kucing untuk menyambung hidup. “Ada juga pedagang yang karena tidak laku, menjadi stres, sakit, hingga akhirnya meninggal,”ujarnya.
Terpisah, Ketua Komisi B DPRD Kota Semarang Joko Susilo mengatakan, pihaknya sudah melihat langsung perkembangan pembangunan di Pasar Johar. Meskipun Johar Tengah dan Utara (Johar Cagar Budaya) selesai dibangun oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, para pedagang belum mau dipindah ke bangunan yang beberapa tahun lalu ludes terbakar tersebut.
“Memang bangunan cagar budaya ini sudah jadi dan siap ditempati, namun satu sisi bangunan lain masih dikerjakan,” kata Joko ketika melakukan pemantauan di Pasar Johar, Jumat (15/1/2021).
Politisi PDI Perjuangan ini menjelaskan, sesuai rencana pembangunan di Johar, seperti Kanjengan dan lainnya baru akan rampung pada 2022 mendatang. Joko bersama anggota Komisi B lain, seperti Juan Rama, Suryanto dan lainnya pun sudah bertemu dengan perwakilan pedagang. “Tadi (15/1/2021) juga sudah audiensi, kalau dipindah ya semua tidak bertahap. Takutnya ada pedagang yang iri,” tambahnya.
Kapasitas pedagang yang bisa ditampung di Johar Tengah dan Utara, lanjut Joko, hanya sekitar 1.200 pedagang dari 7.000 pedagang yang direlokasi di kawasan MAJT. “Jelas kurang banyak, sambil jalan kita bicara lagi sama pedagang. Untuk saat ini perawatan masih kewajiban dari pihak ketiga,” jelasnya.
Sekretaris Dinas Perdagangan Kota Semarang Mujoko Raharjo mengatakan, jika setelah selesai dibangun, Kementerian PUPR sebenarnya menghendaki Johar Utara dan Tengah ini bisa segera ditempati. “Arahan dari kementerian sebenarnya minta ditempati dulu, namun pedagang belum mau menempati dengan dalih kalau pindah satu harus pindah semua,” katanya.
Adanya keputusan tersebut, tentunya agak merugikan Pemkot Semarang. Karena jika dibiarkan tidak ditempati, maka bangunan yang sudah berdiri kokoh ini malah terkesan mangkrak, dan dikhawatirkan bisa rusak. “Tentu kita eman-eman, bisa rusak sementara biaya perbaikan harus ada. Nanti kita akan audiensi lagi, baiknya seperti apa, apa diisi dulu atau gimana,” jelasnya. (hid/den/aro)