RADARSEMARANG.COM, Semarang – Cara unik dilakukan calon Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi untuk menyerap aspirasi masyarakat. Menyamar sebagai driver ojek online (ojol). Hendi-sapaan akrabnya- berkeliling kota untuk berkomunikasi dengan masyarakat. Menggunakan jaket hijau khas ojek online, dirinya tampak tidak canggung masuk ke komunitas driver ojol, hingga berkomunikasi dengan masyarakat yang menggunakan layanan ojol tersebut.
Video penyamaran Hendi menjadi driver ojol itu pun viral dan telah ditonton lebih dari 200.000 pengguna media sosial (medsos) di berbagai platform, tidak sampai satu hari setelah diunggah hingga Kamis (22/10/2020).
Dalam video berjudul ‘Sehari Menjadi Driver Ojol’ tersebut, terlihat juga penyamarannya tidak berhasil 100 persen. Meski wajahnya tertutup masker dan menggunakan helm, sejumlah orang masih mengenalinya sebagai orang nomor satu di Kota Semarang.
Seperti saat membeli makanan untuk layanan pesan antar. “Pak Hendi ya? Aku tau, Pak Hendi ya,” sebut penjual makanan tersebut. “Loh? Aku? Bukan !” jawab Hendi mengelak.
Ketika dikonfirmasi, ojol sendiri dipilih Hendi sebagai objek penyamaran karena dianggap sebagai profesi yang bersentuhan langsung dengan masyarakat berbagai lapisan. “Sedulur-sedulur driver ojol ini bersentuhan langsung dengan masyarakat dari berbagai lapisan. Termasuk saya sendiri, kalau malam butuh apa pakai ojol. Sehingga di sisi lain juga bisa mengukur kondisi ekonomi Kota Semarang,” ujar Hendi.
“Misal, dari order makanan, yang paling ramai dipesan ada pada segmen mana. Lalu kalau penumpang, orderannya seberapa banyak. Apa yang saya lihat langsung ini bisa jadi tolok ukur penting,” tambahnya.
Di samping ingin mengetahui keluhan warga soal ekonomi, dengan cara yang dilakukannya, Hendi juga menyebut dapat lebih memahami aspirasi masyarakat terhadap kinerja pemerintah selama ini.
“Ini pertama kali saya lakukan, dan ternyata social experiment seperti ini juga efektif. Saya bisa dapat langsung mengetahui pandangan masyarakat, tanpa ada yang ditutupi,” pungkas Hendi.
“Selain itu, saya juga bisa sekaligus mengukur sebarapa paham masyarakat tentang adanya Pilwalkot pada 9 Desember 2020. Harapannya KPU dapat lebih masif melakukan sosialisasi,” tandasnya. (den/zal/bas)