RADARSEMARANG.COM, Semarang – Enam desainer kondang Kota Semarang adu kreasi melalui fashion show virtual. Digelar di kawasan Kota Lama. Salah satu tema yang menyedot perhatian adalah Batik in Euro.
Desainer Kota Semarang Chedro Soedarta mengatakan, kegiatan tersebut merupakan inisiatif para desainer untuk menggairahkan dunia fashion di tengah pandemi. Pihaknya mengajak para desainer untuk tetap kreatif dan berkarya. “Memang kendalanya pemasaran. Saat ini tidak bisa dilakukan langsung. Di mal masih dibatasi. Penjualan sementara ini lewat online,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini, Chedro mengusung tema Batik in Euro. Sentuhan batik terlihat di setiap desainnya. Memilih batik karena sebagai warisan budaya yang syarat makna. Ia ingin batik tetap menjadi pusat perhatian hingga kancah internasional. Jika Indonesia memiliki kekayaan luar biasa, wajib diolah.
“Warna dominan yang saya tawarkan adalah hitam dan coklat. Itu warna pakem, mau dipakai ke mana saja bisa. Mau dikasih sepatu boots bisa, kasual oke, feminim masih tetap bisa,” imbuhnya.
Khusus motif pihaknya menggunakan batik kontemporer. Tak ketinggalan dengan masker yang dibuat dua lapis sesuai dengan protokol kesehatan. “Ada motif batik kawung, semarangan, wayang, dan warak. Temanya batik kontemporer. Semua aksen motif batik menjadi satu. Jadi tidak terpaku pada satu motif saja,” imbuhnya.
Busana rancangan enam desainer kemarin diperagakan 28 model. Satu desainer tiga model, dengan tiga rancangan baju kebesarannya.
Sementara desainer lain, Cornelia Ayu Meiriyani kali ini mengusung tema Batik Denim. Sebab, dari waktu ke waktu pamor denim tidak pernah luntur. Bisa dipakai kalangan mana saja. “Nah, saya ingin memberi kesan batik denim ini. Saya suka dengan Eropa style. Tapi dengan mengusung keanekaragaman batik itu sendiri,”katanya.
Karya Batik Denimnya ia coba bawa dalam aktivitas sehari-hari. Misalnya blazer, biasa dipakai untuk bekerja. Jika batik saja, masih kurang menarik. Batik denim bisa dibuat dress, jaket, celana dalam, jumpsuit dan sebagainya. (avi/zal/bas)