28.4 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Tugu Asam Bisa Jadi Ikon Wisata Kota Semarang

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Kota Semarang diambil dari kata asem arang. Nama itu konon muncul ketika Ki Ageng Pandanaran berlabuh kali pertama di Pulau Tirang, Bergota. Pohon asam ini sendiri menjadi cikal bakal Kota Semarang, lantaran pohon asam tumbuhnya berjarak dan jarang atau berjauhan.

Calon Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, ide yang digagas RADARSEMARANG.COM tentang dibangunnya tugu atau taman ikonik berupa asam ini patut diapresiasi, karena kental dengan nilai historis Kota Semarang. “Ini masukan yang bagus. Ada nilai historis dengan Kota Semarang, dan bisa diletakkan sebagai tetenger,” katanya, Senin (28/9/2020).

Meski setuju, pria yang akrab disapa Hendi ini menjelaskan, perlu adanya kajian dan diskusi dengan beberapa pihak untuk pembangunan dan penempatan tugu ini. “Perlu ada kajian, dan harus diskusi matang untuk penempatannya,” jelasnya.

Calon Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu menjelaskan, jika sesuai dengan visi misi yang diusung bersama Hendi, ke depan masih tetap dilakukan pembangunan kampung tematik dan taman-taman untuk memperindah Semarang.

“Misalnya Taman Bubakan, ini kan bentuk ikoniknya adalah benteng. Dulu konon daerah tersebut benteng jaman kolonial,” tuturnya.

Tugu atau taman asem, lanjut dia, bisa saja diangkat karena ikonik. Sebelumnya, Semarang sudah memiliki Taman Pandanaran yang dilengkapi Tugu Warak Ngendok. “Kalau bisa dilakukan (dibangun), tentu setelah Pilwalkot. Saya setuju,” tegasnya.

Mbak Ita –sapaan akrabnya–menekankan, perlu ada kajian yang tepat sebelum membangun sebuah ikon kota, apalagi memiliki sisi historis dan sejarah kota. Misalnya, bentuk atau lekuk dari buah asem itu sendiri, jangan sampai ada kesalahan dan harus ada filosofi yang terkandung.“Makanya harus dikaji dulu dengan budayawan dan sejarawan tentang ide dan gagasan ini,” katanya.

Menurut dia, dari sisi historis memang buah asem atau pohon asem memang sangat kuat. Nama Semarang sendiri, muncul ketika Ki Ageng Pandanaran kali pertama datang ke Semarang dan menemukan pohon asem yang jaraknya berjauhan. “Dari filosofi, ide dan lainnya perlu dikolaborasikan dalam sebuah kajian. Soalnya jangan sampai ada permasalahan seperti dulu,” ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang (Kabid) Pertamanan dan Pemakaman, Dinas Perumahan dan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang Murni Ediati mengaku, pembangunan taman asem yang dicetuskan RADARSEMARANG.COM ini unik dan menarik. “Ini ide bagus kalau ada taman asem. Disperkim sendiri, punya konsep mengembalikan taman peneduh zaman dulu,” katanya.

Karena itulah, Disperkrim akan mencari satu taman dengan ide asam. Sebelumnya, dirinya mengaku sudah memasukkan tiga konsep pembangunan taman ke konsultan. “Kami sudah setorkan tiga konsep. Tapi ada tambahan konsep yang menarik ini, akan kami masukkan juga. Tapi kami kaji dulu, dibahas, diajukan kalau disetujui/acc, akan dibangun tahun depan,” tandasnya.

Saat ini, sejumlah tugu atau monumen sudah dibangun di Kota Semarang. Di antaranya, Tugu Muda yang paling tersohor, lalu Tugu Tabanas di Gombel, Tugu Taman KB di Jalan Menteri Supeno, Tugu Soekarno-Hatta di Jalan S. Parman, Jalan Arteri Soekarno Hatta dan Flyover Kalibanteng, Tugu Warak Ngendok di Taman Pandanaran, Tugu Pemain Bola (Ribut Wahidi) di Jatingaleh, serta Tugu Air Mancur di Jalan Pahlawan.

Sri Restiana, warga Pedurungan, Semarang, mengaku setuju dengan dibangunnya tugu asam arang. Menurutnya, adanya tugu ini bisa menjadi pengingat sejarah Kota Semarang.

“Tugu asam untuk mengingatkan kalau dulu itu Kota Semarang belum ada, nah begitu lihat tugunya kita jadi tahu ini loh Semarang yang berasal dari kata asem arang,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.

Terkait lokasi tugu tersebut dibangun, Sri –sapaan akrabnya- lebih mempercayakannya kepada Dinas Tata Ruang Semarang. Namun, secara pribadi, ia menyarankan agar tugu asem arang dibangun di daerah Penggaron, yang nantinya akan dikembangkan menjadi perluasan Kota Semarang.

Safira Soraya, mahasiswi salah satu PTS di Kota Semarang menilai, adanya tugu asam dapat menambah salah satu ikon wisata kota Semarang. “Nantinya tugu asam bisa jadi spot foto baru di Semarang,” ungkapnya.

Menurut Safira, lokasi yang tepat mendirikan tugu tersebut adalah kawasan Simpang Lima. Baginya, Simpang Lima menjadi pusat kota yang mudah diakses seluruh masyarakat.

Guru SMA Negeri 2 Semarang Liliek Handoko mengatakan, pembangunan tugu asam sah-sah saja. Dari tugu tersebut nantinya dapat dijadikan sebagai pengingat sejarah Kota Semarang. “Kalau ada penceritaan sejarah tentu akan lebih baik, juga bisa digunakan untuk lambang semiotika. Saat ini gak ada identitas Semarang yang mengingatkan asal usul nama Kota Semarang,” jelasnya.

Ia menambahkan, untuk lokasi tugu, ia mengusulkan dibangun di Jalan Pahlawan. Menurutnya, tugu air mancur yang ada saat ini dinilainya tidak jelas maksud dan maknanya. “Tugu yang di Jalan Pahlawan itu saya gak tahu artinya. Mungkin lebih bagus digantikan dengan tugu asam saja,” usulnya.

Hal berbeda dikatakan Bernardus Andang Prasetya, dosen Desain Komunikasi Visual Universitas Dian Nuswantoro Semarang (Udinus). Ia menilai, pembangunan konsep branding kota jauh lebih penting dibandingkan pembuatan tugu-tugu yang tidak sampai dengan branding kota secara komprehensif.

“Kalau soal perlu tugu asem, tugu warak atau apapun, itu sebenarnya cuma pernak-pernik kota saja. Kalau mau ya diseriusin bukan sekadar bikin tugu asem saja. Kalau bisa ya branding kota biar mendatangkan wisatawan dan investasi,” katanya. (den/mg1/mg3/aro/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya