RADARSEMARANG.COM, Semarang – Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja (BBPLK) Semarang kembali menggelar fashion show. Yang menarik, ajang kali ini diselenggarakan secara virtual, menyesuaikan situasi pandemi Covid-19.
Puluhan desainer saling unjuk karya. Ada 11 desainer profesional terkenal memeriahkan fashion show ini. Seperti Jennifer Stan, Aldion Soeprojono, Zuhrotul Hasanah, Sugeng Waskito dan lainnya. Tak ketinggalan para alumni BBPLK sendiri. Mereka menampilkan koleksi fashion bertema Life Need Colour (LNC Collection).
Tidak hanya fashion show saja, ada pula talkshow bertema Evolusi Fashion di Era Tatanan Baru yang mengundang narasumber dari Dinas Koperasi dan UMKM Jateng, Indonesia Fashion Chamber dan KADIN Kota Semarang.
Kepala BBPLK Semarang Edy Susanto menuturkan, ajang kali ini merupakan salah satu upaya membangkitkan bisnis fashion di era pandemi. Pihaknya ingin memberi wadah bagi para desainer untuk menampilkan karya mereka.
“Dengan tema Semarang Fashion Convention 2020 kami memberi wadah bagi pelaku bisnis fashion untuk menampilkan hasil kreativitas mereka,” ujarnya.
Pihaknya tidak memungkiri selama pandemi banyak sektor yang terdampak. Termasuk bisnis fashion. Namun seiring dengan adanya kenormalan baru, pihaknya mengajak para desainer untuk bangkit dan kembali berkarya menciptakan tren baru. Seperti penggunaan masker, face shield dan lengan panjang pada karya mereka. Agar tetap dapat eksis dan bertahan meskipun pada situasi seperti ini.
“Orang mode tidak pernah mati. Yang diperlukan hanya inovasi dan kreativitas untuk membuat perubahan strategi bisnis agar lebih fokus beradaptasi dengan kenormalan baru,” lanjutnya.
Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan dan Produktivitas (Binalattas) Kemenaker RI Bambang Satrio Lelono menambahkan, tidak hanya perubahan mode saja, namun perubahan gaya pemasaran juga menjadi tantangan pelaku bisnis fashion saat ini. Mereka dituntut untuk dapat menguasai digital. Karena pemasaran menggunakan media tersebut dirasa menjadi keniscayaan. Karena itu, fashion show virtual kali ini dapat menjadi pembelajaran awal. Agar para desainer mampu beradaptasi dengan pola baru tersebut.
“Dinamika kita akan terus berjalan. Tinggal bagaimana kita merubah pola new normal ini menjadi kesempatan baru untuk mengembangkan kreativitas,” katanya.
Salah satu desainer asli Semarang Aldion Soeprajono mengaku antusias dengan adanya fashion show virtual tersebut. Menurutnya, ajang kali ini dapat menjadi momentum bangkitnya industri fashion di Jateng, khususnya di Jawa Tengah. Pada event tersebut, pihaknya memamerkan koleksi Nyawiji Satuhu dengan tema Grompol Kawung.
“Grompol itu memiliki makna sebagai penggambaran niat bersatu dan kawung bermakna niat suci. Jadi, Grompol Kawung menjadi persatuan dan kesatuan bangsa menjaga kemerdekaan,” ujarnya.
Dengan tiga piece perpaduan dari elemen cardigan bawahan dan blouse dalam, akan menjadi satu kesatuan yang cantik. Dengan pemakaian motif batik Kawung Batik Grompol dan kain brocade.
“Cutting yang bervariasi juga menandakan penampilan sayap yang menggambarkan kekuatan untuk terbang melihat pulau pulau di NKRI,” katanya. (akm/aro/bas)