RADARSEMARANG.COM, Semarang – Akses transportasi bus diperbolehkan untuk beroperasi di Jateng. Hanya saja, sejumlah terminal seperti Mangkang maupun Terminal Banyumanik masih sepi penumpang. Bahkan, di Terminal Mangkang hanya satu dua bus AKAP yang masuk. Sementara bus dalam kota juga hanya stand by tanpa ada penumpang.
Kondisi serupa terlihat di terminal bayangan Banyumanik. Terminal yang ada di pintu masuk tol itu kosong dan hanya ada dua bus yang parkir. Sementara sopir dan kernet bus memilih menunggu sambil nongkrong tidak jauh dari busnya. Mereka juga mengaku jika kondisi sepi ini, sudah berjalan tiga bulan terakhir.
Sepinya terminal karena masih banyaknya masyarakat yang belum mau menggunakan transportasi umum. Warga masih takut naik transportasi umum akibat pandemi covid-19. Terminal bayangan Banyumanik yang sebelum korona selalu ramai, sekarang sepi. Hanya terlihat dua bus AKAP yang parkir sambil menunggu penumpang.
Kondisi tersebut semakin sulit, meski sudah menunggu satu jam tidak banyak penumpang yang naik. Seperti bus jurusan Semarang-Jogjakarta yang dikemudikan Ari Supriyanto. “Sudah menunggu satu jam, baru satu penumpang mas. Kalau tidak ada lainnya, ya terpaksa tetap harus jalan,” aku Ari Supriyanto.
Ia mengaku kondisi sekarang benar-benar membuat ekonomi sulit. Sebelum korona, biasanya dalam satu hari bisa mengambil dua kali tarikan. Tetapi saat korona hanya satu kali, itupun dengan penumpang minim. Padahal, ia menggunakan bus sedang dengan kapasitas 25 penumpang. “Sekarang paling banyak enam penumpang tetap jalan. Ya rugi, tetapi mau bagaimana lagi,” ungkapnya.
Bus AKAP Semarang-Surabaya juga tidak kalah sepi. Di terminal bayangan Banyumanik biasanya dalam satu hari ada 10 bus yang beroperasi. Kini hanya tiga itupun dengan penumpang lima sampai 10 orang. Padahal, bus yang beroperasi Semarang-Surabaya berkapasitas 55 kursi penumpang. “Biasanya hanya lima, paling banyak 15 penumpang. Itu sudah yang paling bagus,” tambah bagian keamanan Terminal bayangan Banyumanik Aris Landung.
Meski sepi, untuk biaya perjalanan tetap tidak naik. Semarang-Jogja misalnya masih berkisar Rp 40 ribu – Rp 45 ribu. Diakuinya, banyak perusahaan transportasi umum yang merugi. Sejumlah pemilik bahkan mengurangi jumlah armada yang beroperasi setiap harinya. “Sebelum korona, disini selalu ramai. Sekarang banyak bus yang memilih tidak operasi,” ungkapnya.
Seorang penumpang bus Sapto Setiaji mengaku setiap hari menggunakan transportasi umum sebagai armada bekerja dari Salatiga-Semarang. Ia bahkan sengaja membawa disinfektan sendiri dan jaket untuk berjaga-jaga. Sebelum duduk, ia meminta izin menyemprot kursinya.
“Ya cari tempat duduk yang sendiri. Apalagi memang sekarang sepi. Ini saja sudah menunggu hampir 30 menit bus belum jalan,” tambahnya. (fth/ida/bas)