RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pembelajaran via daring atau online belum dapat diterapkan di lingkungan pondok pesantren (Ponpes) terutama pondok salaf atau tradisional. Salah satunya di Ponpes Al-Asror Gunungpati Semarang.
Menurut pengurus pondok, KH Mamnukhin Khalid, hal tersebut disebabkan minimnya fasilitas dan kondisi santri sehingga pondok pesantren sulit menerapkan pembelajaran jarak jauh. “Jangankan menerapkan new normal, pembelajaran jarak jauh via online atau daring saja belum bisa kami lakukan,” ujar Gus Nukhin pada Jumat (29/5/2020).
Selama ini, para santri tidak diizinkan membawa handphone, sehingga banyak kesulitan ketika harus menerapkan pembelajaran via daring. Selain itu, pondok pesantren juga memiliki kurikulum yang berbeda dengan sekolah-sekolah lain di Indonesia, dimana ilmu agama menjadi poin utama dalam kurikulumnya.
“Bisa dibilang kami memiliki tanggung jawab dua kali lipat lebih besar jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan lainnya. Kami mendidik, kami mengajarkan lebih dari apa yang bisa kami ajarkan,” jelasnya.
Di tengah pandemi ini, setidaknya ia telah memulangkan 1.000 santrinya ke kampung halaman masing-masing. Menurutnya, pandemi ini akan mengembalikan peran orang tua sebagai guru utama bagi anak-anaknya. Pandemi ini memungkinkan orang tua untuk ikut aktif dalam mendidik anak-anaknya.
“Kami sudah pulangkan dari awal adanya instruksi. Baik santri kalong atau santri mukim, seluruhnya kami pulangkan ke daerahnya masing- masing. Ada yang ke Ambon, ada yang ke Kalimantan juga,” imbuhnya. Meski tanpa pembelajaran jarak jauh, Gus Nukhin tetap meminta seluruh santri untuk menjalankan kewajibannya sebagai umat Islam. (ifa/ida/bas)