RADARSEMARANG.COM, Semarang – Gedung setinggi tiga lantai itu berdiri tepat di persimpangan Jalan Menoreh Tengah IX dan Jalan Menoreh Tengah II, Sampangan, Gajahmungkur. Jika masuk dari Jalan Menoreh Tengah IX, maka gedung itu ada di ujung jalan. Tepatnya di arah jam 12. Secara administrasi, gedung itu terletak di Jalan Menoreh Tengah II nomor 14.
Khas pondok pesantren (ponpes) pada umumnya, halaman gedung itu penuh dengan sandal. Jemuran pakaian para santri dapat ditembus penglihatan melalui jendela muka gedung. Di sisi kanan gedung, terdapat plang bertuliskan “Yayasan Wahid Hasyim-Pondok Pesantren Luhur Wahid Hasyim Semarang” lengkap dengan alamat dan nomor teleponnya. Di atap muka gedung, terdapat rangkaian huruf Arab berlafaz “Al Ma’had Al Islami Luhur Wahid Hasyim As-Samaronji” yang dalam Bahasa Indonesia berarti “Pondok Pesantren Luhur Wahid Hasyim Semarang.”
Wartawan koran ini masuk ke gedung pusat sekaligus asrama santri putra Ponpes Luhur Wahid Hasyim. Tampak beberapa santri sedang khusyuk membaca wirid di musala. Beberapa santri lain sedang membaca Alquran.
Lurah santri putra, Satya Mugiono, 24, menyambut wartawan koran ini. Ia mengatakan, hari itu, Kamis (30/4/2020), pengasuh ponpes sedang tidak berada di tempat. Menurutnya, sejak beberapa minggu lalu beliau berada di kampung halaman karena ibundanya meninggal.
“Kegiatan pengajian diselenggarakan melalui daring, lewat siaran langsung di akun Facebook beliau. Dua kali dalam sehari. Yakni pukul 13.00 dan pukul 16.30,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Pengasuh ponpes itu bernama KH Muh Saifuddin. Merupakan dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Wahid Hasyim (Unwahas) Semarang. Seluruh santrinya merupakan mahasiswa Unwahas dari berbagai jurusan.
Wartawan koran ini lalu dipertemukan dengan salah satu penasihat asrama Ahmad Fauzi. Ia mempersilakan wartawan koran ini mengikuti pengajian daring bersama para santri. Ia juga mengizinkan RADARSEMARANG.COM berkeliling asrama. “Total ada 397 santri. 204 santri putri dan 193 santri putra. Asramanya terpisah. Di asrama putra ada 32 kamar. Masing-masing diisi maksimal 8 santri,” beber Fauzi.
Ia menambahkan, sebagian besar santri pulang kampung sejak ada pandemi covid-19 pertengahan Maret lalu. Santri yang masih bertahan di asrama ada 60 santri, yakni 40 putra dan 20 putri. (nra/ida/bas)