27 C
Semarang
Wednesday, 18 December 2024

Digelar tanpa Karnaval, Dentuman Meriam Diganti Pemukulan Bedug

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Semarang – Tradisi Dugderan di Kota Semarang dilakukan secara sederhana. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang dilakukan secara meriah, kali ini tidak ada suara dentuman meriam sebagai penanda tradisi menyambut bulan Ramadan tersebut.

Hanya suara bedug saja terdengar dari dalam Masjid Kauman yang dibunyikan oleh Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi. Sebelumnya Hendi – sapaan akrabnya, bersama beberapa orang membawa hantaran berupa kue replika masjid dan kuliner khas Kota Semarang ke Masjid Kauman.

Hendi mengatakan tradisi dugderan dilakukan sederhana karena adanya Pandemi Covid – 19 (Korona). “Karena ada wabah Korona, kami lakukan secara sederhana. Hanya saya, bu Wakil, dan pak Sekda, Kyai Hanif selaku Takmir dan beberapa kyai,” kata Hendi, Kamis (23/4/2020).

Hendi menjelaskan meski digelar sederhana, inti acara tetap dilakukan. Ia berharap tradisi berusia ratusan tahun ini tetap terjaga dan masyarakat Kota Semarang bisa menjalani bulan Ramadan dengan baik. “Prosesnya tetap kita jalankan sesuai budaya yang dilakukan di Kota ini,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Hendi juga berpesan supaya dalam menjalankan ibadah puasa nanti warga tetap dirumah. Melakukan anjuran pemerintah supaya mengurangi persebaran Korona. “Mudah-mudahan momentum ini bisa membuat warga Kota Semarang menjalankan ibadah puasa dengan ebih khusyuk. Titip pesan, ibadah keagamaan agar dilakukan sebaiknya di rumah,” katanya.

Sementara, Ketua Takmir Masjid Agung Kota Semarang, KH Hanief Ismail mengatakan kegiatan Salat Tarawih di Masjid Agung Kauman ditiadakan selama masa pandemi Korona. “Sesuai imbauan pemerintah dan menghindari merebaknya virus Korona, tidak diadakan Shalat Jumat, apalagi Tarawih,” tutur Hanief.

Ia pun mengapresiasi langkah Pemkot Semarang dalam mempertahankan tradisi ratusan tahun ini ditengah pandemi. “Prosesi adatnya tetap dijaga, yang dihilangkan hanya keramaiannya saja. Kami memahami kondisi saat ini. Yang penting, makna Dugderan sebagai awal Ramadan oleh umat muslim tetap terjaga,” ujarnya.

Dikatakannya, tradisi Dugderan sudah dilakukan sejak tahun 1882 pada masa Kabupaten Semarang, di bawah kepemimpinan Bupati R M Tumenggung Ario Purbaningrat. Biasanya, sebelum pandemi virus Korona tradisi Dugderan biasa digelar dengan rangkaian pawai dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Semarang di Kauman. Pawai diawali penabuhan beduk di Balai Kota oleh Wali Kota yang berperan sebagai Kanjeng Bupati Raden Mas Tumenggung Arya Purbaningrat. (ewb/bas)

Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi saat membuka tradisi Dugderan di Masjid Kauman, kemarin (23/4/2020). (Istimewa)

Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya