RADARSEMARANG.COM, Semarang – Pemilihan Wali Kota dan Wali Kota (Pilwalkot) Semarang tinggal enam bulan lagi. Namun partisipasi pemilih pemula ternyata masih belum tergarap secara maksimal.
Hal itu terlihat dari masih banyaknya pemilih pemula yang tidak tahu cara menggunakan hak suaranya nanti dalam Pilwalkot Semarang pada 23 September mendatang. Padahal jika dilihat dari data KPU Kota Semarang di Pemilu 2019 lalu, hampir 40 persen pengguna hak suara merupakan pemilih pemula.
Ketua Divisi Sosialisasi KPU Kota Semarang Novi Maria Ulfa mengakui potensi pemilih pemula di Kota Lunpia ini masih besar. Tercatat, jumlah daftar pemilih tetap (DPT) Kota Semarang pada pemilu 2019 lalu sebanyak 1.176.074 pemilih. Dari jumlah itu, 40 persennya adalah pemilih pemula.
Karena itu, KPU Kota Semarang terus menggarap potensi pemilih pemula tersebut. Salah satunya lewat program goes to school. Tujuannya, untuk menekan angka golput alias golongan putih pada Pilwalkot Semarang mendatang. “Sosialisasi di sekolah-sekolah, khususnya jenjang SMA ini sangat penting karena pelajar merupakan pemilih pemula,” kata Novi Maria Ulfa di sela kegiatan KPU Kota Semarang goes to school yang digelar di aula SMA Negeri 1 Semarang, Selasa (3/3/2020).
Dikatakan, sosialisasi yang dikemas dalam program goes to school ini akan dilaksanakan di lima sekolah yang sudah dipilih. Sosialisasi Pilwalkot Semarang ini tidak dilakukan sendirian, tapi juga menggandeng relawan demokrasi yang telah dibentuk beberapa waktu lalu dan sudah dibekali berbagai materi terkait pemilu legislatif. Tugas relawan demokrasi itu adalah sebagai penghubung sekaligus yang menyiapkan segala sesuatu ketika KPU akan menggelar sosialisasi di lingkungan masyarakat, bahkan menjadi petugas sosialisasi partisipasi pemilih bagi masyarakat di sekitarnya.
“Berbagai elemen akan kita sasar untuk sosialisasi ini, yakni elemen perempuan, pemilih pemula, keagamaan, disabilitas, dan warga di daerah pinggiran. Semua kegiatan sosialisasi akan melibatkan relawan demokrasi,” ujarnya dalam sosialisasi yang dihadiri Ketua KPU Kota Semarang Henry Casandra Gultom ini.
Adapun materi sosialisasi, selain hal-hal yang berkaitan dengan teknis pemilihan, KPU juga mengajak siswa untuk menyalurkan aspirasi politiknya berdasarkan hati nurani. “Bukan karena iming-iming sesuatu atau imbalan tertentu dari para calon wali kota,” tandasnya.
Ia menambahkan, sosialisasi Pilwalkot Semarang tidak hanya dikemas dengan tatap muka antara KPU dengan warga dan elemen lainnya. Namun juga disesuaikan dengan kultur masyarakat setempat.
Terkait dengan pasangan calon (paslon) yang akan berlaga dalam pilwalkot, ia memastikan tidak ada calon perseorangan di Pilwalkot Semarang nanti. “Kita masih menunggu pendaftaran dari partai politik pada 16 – 18 Juli 2020. Terlalu dini kalau kita bilang satu atau dua pasangan calon,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya juga masih mempersiapkan mekanisme apabila nantinya dalam Pilwalkot Semarang satu paslon melawan kotak kosong. “Kita persiapkan untuk menghadapi segala kemungkinan apakah lawan kotak kosong atau nanti ada lebih dari satu paslon yang mendaftar,” katanya. (ewb/aro/bas)