RADARSEMARANG.COM, PURWOREJO – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengunjungi eks Keraton Agung Sejagat di Pogung Juru Tengah, Bayan, Purworejo, Selasa (21/1).
Ganjar tiba di lokasi keraton yang sudah diberi police line itu pukul 17.15 wib. Begitu turun dari mobil H1, Ganjar nampak kesusahan berjalan menuju keraton. Masyarakat menyemut di jalan yang lebarnya hanya 2 meter.
Setelah berjalan beberapa meter dari mobil, seorang pria berkaos merah berusia sekitar 60 tahun menghadang Ganjar. Mereka tampak serius mengobrol.
“Oalah sampeyan seng mbangun keraton iki? (Ternyata Anda yang membangun keraton ini?),” kata Ganjar kepada pria yang mengaku bernama Namono.
Kepada Ganjar, Namono menjelaskan proses pembangunan keraton itu berjalan kurang lebih satu bulan. Selain membangun, Namono juga diberi mandat sebagai penjaga keraton. Yang membuat Ganjar kaget, Namono mengaku melakukan semua itu tanpa minta imbalan upah. Dia dijanjikan, kelak ketika keraton berhasil berdiri, bakal didaulat sebagai abdi dalem.
Ganjar pun lantas keliling ke seluruh sisi-sisi keraton, melihat benteng yang terbuat dari batako dan bagunan calon pendopo. Mengamati batu prasasti yang diukir indah juga sebuah kolam yang dikiranya sebagai Sendang Kamulyan. Namun begitu memasuki ruang utama keraton, para pewarta tidak diperbolehkan mengikuti.
Ganjar mengatakan, baiknya eks keraton itu dijadikan lokasi wisata. Terlebih lokasinya sangat eksotis. Di sebelah barat keraton sawah membentang luas, sementara di sisi timur terdapat Kali atau Sungai Jali selebar 25 meter.
“Nanti dibangun bagus, ada singgasana, kolam, pendopo dan istana. Terus jadi desa wisata. Setiap bulan atau tahun bikin event. Kan banyak kuliner dan keseniannya, kan sayang kalau ditiadakan kan sudah terkenal desa ini. Sudah ramai banget,” katanya.
Nama Keraton Agung Sejagat ini memang tengah jadi primadona di dunia maya. Bahkan selama beberapa hari sempat trending di medsos, pertama waktu kirab dan saat raja serta ratunya ditangkap. Namun sejak awal kabar itu viral, Ganjar hanya menanggapi sebagai peristiwa lucu-lucuan saja.
“Tidak seserius itu. Ini keraton harus lucu. Masyarakat maunya lucu-lucuan kok. Tapi kalau mau dirikan kerajaan dan pengin jadi raja izin dulu. Boleh. Yang tidak boleh itu bohong-bohongan. Kalau ada situsnya, ada urut-urutannya malah kita dorong,” pungkasnya. (dit/ap)