RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Fanny Aminadia (FA) yang berperan sebagai Ratu Keraton Agung Sejagat (KAS) kemarin (17/1) masih menjalani pemeriksaan intensif oleh penyidik Polda Jateng. Namun ibu dua anak ini belum kooperatif dalam memberikan keterangan. Bahkan Fanny masih bersikukuh menganggap mendapat wangsit dan hadir sebagai penyelamat dunia.
“Kalau yang saudara TS (Totok Santoso) sudah langsung memberikan penjelasan dengan mudah. Kalau FA masih merasa bahwa dia memang mendapatkan amanah, mendapatkan wangsit untuk menjaga perdamaian dunia,” ungkap Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel kepada RADARSEMARANG.COM di rumah dinasnya, Jumat (17/1).
Penanganan kasus ini, kepolisian berencana mengundang psikiater untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan jiwa tersangka Fanny. Rycko menyebutkan secepatnya akan melakukan pemeriksaan kejiwaan perempuan tersebut.
” Insya’Allah Senin akan kita lakukan pemeriksaan oleh psikolog kepolisian ya, dari Dokkes Polda Jateng dibantu Pusdokkes Mabes Polri,” katanya.
Rycko menambahkan, hasil pengembangan dari penyelidikan, Totok ternyata punya cabang di Klaten, Jogjakarta, hingga Lampung. Bahkan, anggota Polda Jateng juga telah mendatangi lokasi tersebut untuk melakukan penggeledahan, dan ditemukan sendang dan prasasti di Klaten yang di bawah nauangan maha menteri bernama Wiwik.
“Ini masih dalam pemeriksaan, Wiwik masih sebagai saksi,” katanya.
Kabid Humas Polda Jateng Kombes Pol Iskandar Fitriana Sutisna membenarkan telah ditemukan batu prasasti Keraton Agung Sejagat yang didirikan oleh tersangka Totok Santoso dan Fanny Aminadia di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.
“Sudah ditemukan cabang Keraton Agung Sejagat di Kabupaten Klaten yang dipimpin seorang maha menteri Keraton Agung Sejagat bernama Wiwik, beralamat di Desa Brajan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten. Pengikutnya berjumlah 28 orang. Di sana sudah ada batu prasasti, tempat pertemuan, dan papan nama,” ungkap Iskandar.
Terpisah, Dirreskrimum Polda Jateng Kombes Budi Haryanto mengatakan, Totok awalnya mendirikan keraton di tempat kontrakannya di Godean, Sleman, Jogjakarta pada 2018 silam. Namun, tidak berhasil lantaran mendapat penolakan dari warga dan pindah ke Klaten.
“Mungkin niatnya membuat di Klaten, tapi anggotanya tidak sebanyak di Purworejo, akhirnya pindah di Purworejo. Di Klaten itu dulunya sama, tapi selisih pendapat akhirnya pisah. Kalau selama ini pengakuan dia ya di Purworejo, Klaten dan Jogjakarta. Sementara itu,” bebernya.
“Kalau ritual, sama-sama dengan pengikutnya, sebenarnya si Fanny ini juga tahu. Ritualnya ya nyanyi-nyanyi, nyelenehnya ya kegiatan teriak-teriak sampai pagi. Ini yang membuat warga resah. Dalangnya dua orang ini,” tambahnya.
Untuk jumlah saksi yang sudah dilakukan pemeriksaan, lanjut Budi, sejauh ini masih 18 orang. Namun jumlah saksi akan bertambah dan mereka bersedia akan dimintai keterangan pada Senin mendatang.
“Jumlah yang terdeteksi jumlah saksi rencana bertambah tiga jadi 21 orang. Hari Senin mereka baru bersedia diambil keterangannya. Kalau korban yang melapor baru tujuh orang, ya mungkin lainnya malu,” katanya.
Informasi yang beredar, di rumah kontrakan Totok yang dihuni Fanny di Godean, Sleman terdapat makam yang diduga janin. Menanggapi hal ini, Budi mengatakan melakukan pemeriksaan mengarah tersebut. Terkait temuan senpi airsoft guns yang dimiliki Fanny, Budi mengatakan hanya untuk aksesoris.
“Kami masih melakukan penyelidikan yang ini. Kalau ini sudah selesai nanti kita lakukan penyelidikan ke kasus pidana yang lainnya. Kalau airsoft guns untuk aksesoris, gagah-gagahan saja,” ujarnya. (mha/aro)