RADARSEMARANG.COM, Hendriansyah mahasiswa jurusan Sistem Informatika, dengan temannya, Haidar Izzuddin Rabbani mahasiswa jurusan Teknik Informatika dari Fakultas Ilmu Komputer (FIK) Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang menggagas aplikasi Natahyuk. Seperti apa?
NATAHYUK. Kata-kata ini, terasa unik dan menjadikan orang penasaran. Dari bahasa apakah itu? Ternyata dari bahasa Jawa, “Natah Yuk”. Dalam istilah pertukangan dan seni ukir, Natah kerap dimaksudkan memahat kayu menjadi seni ukir atau sesuai yang diinginkan. Sedangkan Yuk, mengajak atau ayo.
Tak hanya bahasanya yang unik. Natahyuk ternyata berupa aplikasi yang berisi tentang berbagai fitur, video terkait proses dan cara membuat seni ukir yang dibuat oleh Hendriyansah.
Aplikasi ini dibuat setahun lalu. Berangkat dari keprihatinan atas menjamurnya industri garmen di Jepara yang mulai menggeser usaha seni ukir yang sudah turun temurun. Lebih mengkhawatirkan lagi, identitas Jepara mulai menghilang. “Banyak pelaku seni ukir yang banting setir ke usaha garmen. Aplikasi ini dibuat karena tidak ingin identitas Jepara sebagai kota ukir hilang terlindas zaman. Apalagi banyak pelaku seni ukir yang banting setir ke usaha garmen,” kata mahasiswa Udinus angkatan 2019 ini.
Meski begitu, aplikasi tersebut tidak serta merta tercipta. Tapi semua bermula dari Dinus Inside. Yakni, mengikuti kuliah umum yang mempertemukannya dengan dosen pembimbing Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). “Ini yang membuat kami tertarik dan mencoba mengikuti lomba Mobile Apps tingkat nasional. Kemudian mengembangkan aplikasi Natahyuk,” tutur Hendri.
Ia pun mengembangkan aplikasi Natahyuk yang bisa diunduh dengan smartphone bersama Haidar Izzuddin Rabbani dari jurusan Teknik Informatika dari Fakultas Ilmu Komputer (FIK) Udinus. Aplikasi ini diikutkan lomba Mobile App tingkat Nasional bernama Intermedia Information Technology Festival (IITF) di Universitas Amikom Purwokerto. Lomba tersebut mengusung tema Pemberdayaan Ekonomi Pedesaan. Aplikasi Natahyuk berhasil mendapatkan apresiasi tertinggi dengan menjadi juara I tingkat nasional.
Kini, inovasi Hendri dan Haidar mendapatkan apresiasi dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jepara. Bahkan, tawaran proyek pun mengalir dari berbagai lembaga pemerintahan lainnya. Banyak yang memintanya agar membuat aplikasi review pariwisata di beberapa kota. “Sebagai mahasiswa baru, inovasi mereka akan terus dipacu agar bisa berguna bagi orang banyak,” kata dosen Teknik Informatika FIK Udinus, Feri Agustina M.Kom.
Aplikasi Natahyuk memiliki fitur video tutorial, live chat, chat dengan mentor, group chat, laporan hasil belajar, FAQ AI dengan kecerdasan buatan, dan pameran. Ketika menggunakan aplikasi ini, user diwajibkan mendaftar dan mengisi form yang ada.
User bisa memilih video tutorial mulai dari yang paling dasar hingga advance, semuanya dibuat secara berkala. Ketika mereka sudah mempelajari capture pertama, mereka akan lanjut ke capture kedua dan seterusnya. Di setiap capture nanti ada laporan hasil belajar yang dinilai dalam bentuk grafik dan sudah dinilai oleh guru mentornya masing-masing.
Namu ketika user belum paham dalam capture yang ada, user bisa langsung berdiskusri dengan user lainnya bahkan bisa meninggalkan pesan untuk di-review mentor. Mentor, lanjut dia, bisa membuat video tutorial khusus untuk membantu user lebih memahami capture yang belum dimengerti. “Kesulitannya adalah mencari mentor ahli ukir Jepara yang bisa bergabung dengan aplikasi kami. Kemudian lama waktu pembuatannya sekitar 6 bulan,” tutur pria kelahiran Jepara, 14 September 2001 ini.
Saat ini sudah terdapat kumpulan UKM dari 28 desa di Jepara yang memanfaatkan aplikasi tersebut. Pihaknya melibatkan 57 mentor dari ahli ukir Jepara. Apalagi setelah bekerjasama dengan Pemkab Jepara, turut membantu mensosialisasikan aplikasi Natahyuk kepada masyarakat Jepara. “Aplikasi ini sekarang sudah mendapatkan 369 pengguna. Di aplikasi ini, ada pemutaran video dari mentor yang sedang menjelaskan sekaligus mempraktikkan ukiran dari awal sampai akhir,” ungkapnya.
User, lanjut dia yang berhasil menyelesaikan ukiran akan mendapat review dan nilai dari mentor. Penilaian tersebut berupa keseimbangan, keserasian, dan keunikan dalam bentuk grafik. Selanjutnya, terdapat fitur pameran yang nantinya bisa pengguna pamerkan sekaligus jual karyanya.
“Saya menyasar generasi muda untuk meneruskan budaya seni ukir. Selain itu mempertahankan identitas Jepara. Dengan aplikasi ini, bisa mendapatkan penghasilan. Untuk ahli ukir bisa membantu meningkatkan perekonomian desa dan keluarga. Terutama dengan menjadi mentor di aplikasi ini,” jelasnya. (aden/ida)
