RADARSEMARANG.COM, SEMARANG–Masyarakat butuh orang atau sekelompok orang yang siap siaga terhadap keadaan yang tidak terduga, terutama saat terjadi bencana. Karena itulah, Bidang Olahraga dan Kepanduan (BKO) PKS Jawa Tengah, membekali relawan dengan skill atau keterampilan kebencanaan.
“Mengingat Jateng salah satu daerah rawan bencana. Maka, tugas relawan cukup berat dan berisiko,” kata Ketua BKO PKS Jawa Tengah, Amir Darmanto.
Peran relawan tidak bisa diabaikan begitu saja. Bahkan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sudah mencanangkan 5 Desember sebagai Hari Relawan Internasional atau International Volunteer Day. “Relawan itu baiknya tidak bersifat sementara tetapi kontinyu. Relawan secara berkala harus diberikan pelatihan-pelatihan keterampilan dan peralatan yang memadai,” ujarnya.
Peran pemerintah juga penting untuk memberikan perhatian terhadap relawan. Jangan sampai semangat relawan menjadi sia-sia, misalnya mereka sudah mengorbankan waktu dan tenaga jauh-jauh ke lokasi, ternyata gagap di lapangan. PKS sudah lama membentuk program kerelawanan. Kader PKS dilatih dan dibimbing secara rutin setiap tahunnya untuk dibekali keterampilan. “Target kami adalah setiap kader PKS siap menjadi relawan sesuai bidang keahliannya masing-masing,” tambahnya.
Di Jateng, PKS memiliki seribu relawan yang siap ditugaskan kemanapun ketika ada bencana. Relawan kemanusiaan PKS Jateng sudah biasa terjun ke lokasi-lokasi bencana dan memiliki beberapa keterampilan kerelawanan seperti, penanganan medis, penyelenggaraan jenazah, penanganan pasca bencana, vertical rescue, dapur umum, trauma healing dan beberapa keterampilan lainnya.
“Menjadi relawan akan membuka hati dan pikiran kita untuk peduli. Karena secara nurani, manusia sebetulnya punya kecenderungan untuk menolong sesama. Hanya saja manusia kadang bingung apa yang harus dilakukan,” tegasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng, Sudaryanto menyatakan bahwa Provinsi Jateng memiliki banyak daerah rawan bencana. Bahkan, di Jateng ada 4 wilayah potensi Tsunami. Yakni Cilacap, Kebumen, Purworejo, dan Wonogiri, yang merupakan daerah itu dilalui lempengan sesar yang berpusat di Pangandaran. Berbagai langkah antisipasi di musim penghujan sudah dilakukan. Yakni menggelar rapat koordinasi dan memperhatikan daerah rawan bencana seperti wilayah yang memiliki tanggul, hutan, tebing, dan pesisir pantai. “Early warning system (sistem peringatan dini) tetap digunakan, dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Di beberapa wilayah sudah ada Desa Tangguh Bencana,” ujarnya. (fth/ida)