28 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Pilih Disebut Cacat, Bukan Disabilitas

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SEMARANG Hari Internasional Penyandang Cacat (Hipenca) yang jatuh pada 3 Desember kemarin, pelukis tanpa tangan Sabar Subadri menolak disebut sebagai penyandang disabilitas. Ia lebih senang disebut sebagai penyandang cacat.  “Saya mau menyebutnya Hipenca saja. Kami sebenarnya berterimakasih diberikan perhatian oleh negara, tapi perhatiannya blunder. Kasihan tapi malah tidak memberdayakan,” kata pelukis asal Salatiga ini.

Dalam pameran tunggalnya ini, ia mengusung tema Spirit Kehidupan dengan membawa 32 lukisan. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya lukisan tentang pohon dan manusia yang dipajang. Pameran ini digelar di Mal Ciputra Semarang, Selasa-Kamis (3-5/12).

Menurut dia, kata cacat hanyalah deskripsi faktual saja. “Hanya ada yang absen dan tidak hadir dalam tubuh kami. Cacat gitu, itu cukup karena tidak ada tendensi apa-apa setelah itu. Tetapi jika disebut disabilitas, sudah ada satu kecurigaan dan suatu tuduhan bahwa kami tidak mampu,” ujarnya.

“Jadi cacat itu tidak berbanding lurus dengan ketidakmampuan. Ini yang saya amalkan, kalau kami disebut tidak mampu itu berarti ayo kita uji. Atau balapan mobil, wani aku nganggo matic. Saya berani kok, saya bisa nyetir mobil. Tiwas latihan mobil, tiwas latihan gambar eh diarani ora iso,” tandasnya.

Tiga bulan lagi, katanya, ia akan membuat forum untuk mengumpulkan penyandang cacat se-Salatiga guna mendiskusikan istilah tersebut. “Saya nggak terima dianggap disabilitas. Kok pemerintah nggak awas ya kalau kami ada yang tidak terima dengan istilah ini. Kalau mereka yang terima dengan istilah itu karena mereka nggak tahu. Itu yang paling berat bagi saya,” tutur pria kelahiran Salatiga, 4 Januari 1979 ini.

Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Sinoeng Rahmadi mengatakan inisiasi pameran ini dilakukan untuk memberikan satu langkah bahwa ada ruang ekspresi kepada penyandang cacat. “Dalam rangka Hipenca ini, ayo penyandang cacat kita siapkan panggung untuk ruang ekspresi. Ini ada lukisan dengan gambar Borobudur, keren banget. Artinya, ada perspektif yang dibuat oleh penyandang cacat, melukis dengan kaki, kemudian memberikan ekspresi dan penilaian terhadap pariwisata,” ujarnya. (idf/aro)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya