RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Menghadapi musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah petakan daerah rawan bencana. Hasilnya, ancaman longsor hampir merata terjadi di kabupaten/kota. Kecuali kota Magelang, Salatiga dan Surakarta.
Kepala Harian BPBD Jawa Tengah Sudaryanto mengatakan, puncak musim penghujan diperkirakan terjadi pada Januari-Februari 2020 mendatang. Pihaknya terus berupaya antisipasi meminimalisasi jumlah korban jika seandainya terjadi bencana.
Salah satunya dengan memasang Early Warning System (EWS) di sejumlah titik. Termasuk memberikan pelatihan kepada masyarkaat agar siap ketika sewaktu-waktu bencana datang. ”Rapat koordinasi juga sudah kami lakukan. Kalau EWS BMKG sudah memasangnya di 15 kabupaten,” ujarnya.
Hanya saja, ada EWS yang rusak karena ulah manusia. Hal ini sangat disayangkan karena EWS merupakan perangkat yang dapat memberikan sinyal kepada masyarakat ketika akan terjadi bencana. ”Pada prinsipnya semua sudah siap. Kota/kabupaten sudah melakukan rapat koordinasi. Termasuk pihak-pihak lainnya, seperti perguruan tinggi,” ujarnya.
”Tidak terkecuali media massa. Kami harap dapat menyampaikan kepada masyarakat seandainya ada bencana apa yang harus mereka lakukan. Agar tidak banyak korban,” imbuhnya.
Sementara itu, untuk wilayah banjir masih didominasi daerah Pantura. Meski tidak menutup kemungkinan juga terjadi di daerah bagian dalam. Dicontohkan, Surakarta, Blora, Pati, Demak dan Semarang. ”Kemudian Tegal. Termasuk yang langganan adalah Pekalongan. Di sana kan tidak hujan pun sudah ada rob. Apalagi kalau ada hujan,” ujarnya.
Untuk menghadapi potensi bencana ini, pihaknya juga telah menyiapkan logistik dan juga perahu karet. Ia juga meminta masyarakat berperan aktif melakukan persiapan dengan membersihkan saluran-saluran air dari sampah.
”Untuk bencana, pemerintah provinsi telah menganggarkan biaya tak terduga Rp 23 miliar. Beberapa digunakan untuk korban bencana angin kencang kemarin dan untuk bantuan air bersih,” ujarnya. (sga/zal)