RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Dr. Amino Gondohutomo merawat delapan pasien kecanduan game online. Pasien didominasi pelajar. Mereka terdeteksi mengalami gangguan obsesif kompulsif dan juga gangguan Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD).
Psikiater Dr Linda Kartika Sari, SpKJ menyampaikan, kondisi pasien saat datang ke RSJD Dr. Amino Gondohutomo beragam. “Ada anak yang agresif, tidak mengenali lingkungannya, tidak mau berpakaian, hingga kondisi yang terparah adalah pasien mencoba untuk melukai diri sendiri dan orang lain,” paparnya kepada RADARSEMARANG.COM, Senin (8/10).
Untuk saat ini, lanjut dia, ke delapan pasien masih mendapatkan perawatan di ruang intensif. Nantinya jika kondisi pasien sudah membaik dan mampu dikondisikan, mereka diperkenankan rawat jalan dan kontrol secara rutin.
Linda menambahkan, sebenarnya sejak tahun-tahun sebelumnya sudah ada pasien kecanduan game online, namun tidak sebanyak dan se-booming saat ini.
Psikolog RSJD Dr Amino Gondohutomo Dra Sri Mulyani MKes mengemukakan bahwa hal yang paling bahaya dari game online adalah ketika anak mulai mengalami gangguan obsesif kompulsif, yaitu melakukan kegiatan secara berulang-ulang untuk mendapatkan kepuasan dan tidak mampu mengontrol intensitas kegiatan tersebut. Maka dari itu, peran orang tua sangat diperlukan dalam hal ini. “Saya anjurkan untuk masyarakat, khususnya orang tua mulai memperhatikan intensitas anak saat bermain HP. Tidak perlu dilarang, tapi bisa dibatasi dan diawasi,” tegasnya.
Maraknya kasus kecanduan game online membuat masyarakat khususnya orang tua resah. Nungki, 28, seorang ibu rumah tangga memberikan pernyataan bahwa setelah tereksposesnya kasus ini, ia bersama suami semakin memperketat penggunaan handphone sang anak. Tak tanggung-tanggung, ia memberlakukan kebijakan supaya anak hanya menggunakan handphone pada Jumat, Sabtu, dan Minggu.
Adapun Supardi, kepala manajemen rumah sakit menambahkan, pihak RSJD Dr Amino Gondohutomo sudah mencanangkan beberapa upaya agar kasus kecanduan game online ini tidak meningkat. Upaya tersebut adalah dengan mendatangi sekolah sekolah guna sosialisasi terkait kesehatan mental serta meluncurkan aplikasi berbasis android bernama SIDEWA (Sistem Deteksi Dini Gangguan Jiwa). Aplikasi tersebut menampilkan kuesioner untuk mendeteksi apakah seseorang perlu tindakan lanjutan ke psikologi atau tidak? “Dengan adanya aplikasi ini diharapkan masyarakat, khususnya anak-anak bisa mendeteksi kesehatan mentalnya sendiri tanpa harus malu untuk datang ke RSJ,” ungkapnya. (cr4/aro)