RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Bencana kekeringan yang melanda Jawa Tengah semakin parah. Setidaknya, lebih dari dua juta jiwa terkena dampaknya. Banyak sumur yang mengering. Juga sumber air yang kering kerontang. Apalagi di kawasan kars. Bahkan, kekeringan tahun ini bisa dikatakan terparah sepanjang lima tahun terakhir.
Wakil Ketua Komisi D DPRD Jateng Hadi Santoso mendesak Pemerintah Provinsi Jateng untuk serius menyelesaikan permasalahan kekeringan yang terjadi di Jateng. Harus mencari solusi untuk menemukan atau membuat sumber air permanen. “Karena kekeringan ini selalu berulang setiap tahun, bahkan trennya naik,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Politisi PKS ini menambahkan, sampai akhir September ada 1.259 desa, 360 kecamatan dan 22 kabupaten/kota mengalami kekeringan di Jawa Tengah. Tercatat, sebanyak 545.581 KK atau 2,056 juta jiwa terdampak. “Dampak kekeringan tahun ini paling dahsyat selama lima tahun terakhir. Selain karena kemarau yang sangat panjang, kondisi air tanah kita yang semakin menipis,” ujarnya.
Berdasarkan data yang dihimpunnya, sampai 30 September 2019, sebanyak 7 waduk dalam kondisi kosong, 16 waduk dalam kondisi di bawah rencana, dan hanya 18 waduk yang sesuai rencana. Waduk yang kosong itu antara lain Waduk Tempuran, Simo, Parangjoho, Kedunguling, Ngancar, Kembangan dan Botok.
Sedangkan 16 waduk yang di bawah rencana terdiri atas 4 waduk besar, yakni Malahayu, Wonogiri, Sempor dan Sudirman dan 12 waduk kecil antara lain Gembong, Gunungrowo, Greneng, Butak, Krisak, Delingan, dan Brambang. “Volume di bawah rencana itu artinya kurang dari 85 persen rasio ketersediaan air bersih berdasarkan volume rencana. Singkatnya, volume air kurang,” katanya.
Hadi menilai penyelesaian kekeringan di Jateng ini bisa diatasi dengan keterlibatan semua pihak melalui pengangkatan sumber air, menarik air dari sumber terdekat, dan juga membuat embung dan waduk untuk menampung air bersih. “Semua harus bersama dan bareng mengatasinya. Karena bagaimanapun air merupakan kebutuhan pokok masyarakat,” ujarnya.
Terpisah, Stasiun Klimatologi Semarang memprediksi awal musim penghujan di Jateng akan terjadi pada awal November mendatang. Meski begitu, pada Oktober ini, ada beberapa wilayah di Jateng yang sudah mulai awal musim penghujan dengan ditandai adanya hujan yang tidak merata dan spot-spot yang waktunya singkat dan tidak lama.
Kepala Stasiun Klimatologi Semarang Tuban Wiyoso menjelaskan, beberapa wilayah yang Oktober ini sudah mulai turun hujan, di antaranya di wilayah pegunungan Wonosobo bagian barat, Banyumas, Banjarnegara, Cilacap, sampai Pekalongan, Tegal bagian pegunungan, Pemalang serta Brebes. “Tetapi secara umum musim hujan baru akan dimulai pada November mendatang,” katanya. (fth/hid/aro)