RADARSEMARANG.COM, SEMARANG-Pondok Pesantren (Ponpes) Askhabul Kahfi (Aska) yang berdiri tahun 2009 terus tumbuh berkembang hingga menjadi salah satu ponpes terkemuka di Kota Semarang. Saat ini, ponpes yang berlokasi di kawasan Polaman, Gunungpati ini memiliki 2.400 santriwan dan santriwati yang ditempatkan secara terpisah di asrama putra dan putri.
Sebagai lembaga pendidikan multikultural, Ponpes Aska mengutamakan pembentukan kepribadian dan sikap mental serta penanaman ilmu-ilmu agama Islam, dengan tujuan utama untuk membentuk generasi Islam yang berkualitas, bertakwa, berakhlak mulia, bermanfaat dan barokah. “Untuk itu kurikulum madrasah membekali para santri dengan pelajaran agama dan umum secara seimbang sehingga mampu mengikuti dinamika kehidupan dimasyarakat nasional dan internasional,” tutur Pengasuh Ponpes Askhabul Kahfi, KH Masruchan Bisri
Ponpes Aska saat ini memilki berbagai lembaga antara lain, Pesantren Salaf, Pesantren Tahfidz, Madrasah Diniyah, Lembaga Kajian Tafsir Al (LKTA), Lembaga Penyiaran dan Dakwah Islam, Lembaga Kajian Bahasa Inggris (LKBI), Madrasah Tsanawiyah Takhasus (MTs Takhassus), Madrasah Aliyah Takhasus, (MA Takhassus), Sekolah Menengah Pertama (SMP Terpadu), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK Terpadu), dan Ma’had Aly (Tafsir 7 Ilmu Tafsir).
Selama satu dekade berdiri, tercatat berbagai prestasi siswa dan santri telah ditorehkan. Terakhir, catatan prestasi siswa pada tahun 2019 antara lain: juara debat OSIS SMA sederajat se-Kota Semarang, juara I IPA dan Fisika Kompetisi Sains Madrasah tingkat Kota Semarang, juara I Putra dan III Putri Kejurnas Piala Rektor Unissula Semarang, juara umum Pekan Olahraga dan Seni antar-Pondok Pesantren Daerah (Pospeda) tingkat Kota Semarang, dan raihan 4 medali di Pospeda tingkat Provinsi Jawa Tengah di Lebaksiu Tegal.
Sementara itu, salah satu wali santri Subardi, 52, warga kecamatan Mentobi Raya, Kabupaten Lamandu, Kalimantan Tengah mengaku bahagia bisa menyekolahkan anaknya sembari mondok di Ponpes Askhabul Kahfi. “Saya ingin agar anak pintar–tidak hanya dalam ilmu pengetahuan umum tetapi juga ilmu agama. Di sini saya menemukannya,” ujar Subardi, ayah dari Amin Abdullah, siswa kelas XII SMK Askhabul Kahfi.
Hal senada juga di ungkapkan Indah Ratayu, warga Gondoriyo Ngaliyan Kota Semarang,yang memondokkan anaknya agar anaknya mampu menjadi jembatan kemulian orangtua di dunia dan akherat. Tak bisa dipungkiri, melihat pengaruh pergaulan anak-anak saat ini ia merasa prihatin. “Di sini, saya percaya, anak saya bisa jadi anak baik yang tidak mudah terpapar pengaruh buruk lingkungan,” ujar ibu dari Ana Fatima, siswi kelas X MA Askhabul Kahfi. (sls/ton)