RADARSEMARANG.COM, MENERBITKAN buku bagi guru bukan perkara yang mudah. Di tengah beban dan tanggung jawab yang banyak, menjadikan guru tidak sempat melahirkan karya buku. Namun, hal itu tidak untuk empat orang guru SMP Islam Terpadu PAPB Semarang. Di tengah kesibukannya, Mulyono (guru IPA), Riya Pramesti (guru Bahasa Jawa), M. Malikul Alam (guru Bahasa Indonesia), dan Usman Roin (guru Ekskul Jurnalistik), mampu melahirkan karya buku.
Ditemui RADARSEMARANG.COM, Mulyono, kelahiran Klaten, 28 Agustus 1984, sudah menelurkan sembilan buku sejak 2017 hingga sekarang. Salah satunya berjudul “Bukan Sekadar Mengajar: Buku Pegangan agar Guru Menjadi Kreatif, Inspiratif, dan Prestatif”. Ia menceritakan bahwa awal mula tergerak ingin memiliki karya menumental sejak kenal sosok penginspirasi yang tidak lain sesama teman guru.
“Jujur saya tergerak untuk menulis kala kenal pak Usman. Karena sering membaca karya-karyanya, disitulah kami bertukar ilmu kepenulisan. Ia memotivasi dan menginspirasi agar saya juga menulis. Jadilah kemudian tertarik dengan membuat karya khususnya buku hingga sekarang,” ungkapnya.
Selain menulis buku, Mulyono juga menekuni menulis di jurnal. Hal itu terbukti sudah tiga tulisan jurnal dia hasilkan. Mulai dari jurnal Perspektif milik Dinas Kota Semarang, jurnal PGRI Kota Semarang, dan jurnal Penelitian Transportasi Kemenhub.“Tujuan membuat karya tulis ini agar bisa menginspirasi dan memotivasi orang lain agar tergerak untuk menulis,” paparnya.
Terpisah, Riya Pramesti yang merupakan guru Bahasa Jawa juga sudah memiliki karya buku walau masih bersama. Perempuan kelahiran Pati, lulusan Sastra Jawa (2009) serta Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa (2011) Unnes Semarang menceritakan bahwa menulis itu kini sudah menjadi hobi baru di sela-sela tugas mengajar.
“Di sela-sela mengajar, saya tidak lupa membuat catatan kecil tentang keberhasilan dan kesulitan generasi zaman now prihal belajar Bahasa Jawa. Dari situlah kemudian lahir ide menulis artikel yang kemudian setelah banyak ikut nimbrung dijadikan satu buku. Jadilah kemudian tim penulis buku “Menjadi Guru: Sehimpun Catatan Guru Menulis”. Kedepan, saya ingin punya karya sendiri,” ungkapnya.
Sementara, M Malikul Alam, guru Bahasa Indonesia juga telah memiliki buku. Bahkan baru perdana di luncurkan. Kepada RADARSEMARANG.COM, Malik mengatakan bahwa buku merupakan sarana untuk menyimpan ingatan agar tidak terhapus. “Namanya ingatan, itu semakin lama akan makin surut, maka membukukan itulah jalan agar tidak lupa,” tegasnya.
Sebelumnya, Malik tidak ada ada niatan membuat buku, melainkan pengen menulis puisi saja. Karena teman-temannya sudah punya karya, akhir 2019 ini tergeraklah menerbitkan buku yang berjudul “Sajak dan Perih Satu Fragmen”.
Ia juga berharap, kedepan guru-guru sadar literasi. “Mendidik itu berkaitan dg membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Jika guru paham, maka yang afdol memulai terlebih dahulu dengan membaca sebagai tren, hingga kemudian membuat buku sebagai guru menulis,” pungkasnya.
Adapun Usman Roin, yang merupakan guru Ekskul Jurnalistik juga tidak kalah telah memiliki dua buku. Pria kelahiran Bojonegoro, 28 Agustus 1982, selain juga penulis, pembicara, juga ahli di bidang editor buku. Terbukti buku berjudul “Yang Melangit: Kumpulan Kata Mutiara SMP IT PAPB Semarang” dia editori. Bahkan buku pertama “Langkah Itu Kehidupan: 5 Cara Hidup Bahagia” ia jadikan soufenir di hari pernikahannya.
Kepada RADARSEMARANG.COM, Usman menceritakan bahwa menulis adalah sarana mencurahkan uneg-uneg, ide, gagasan untuk kemudian di ikat menjadi produk buku. “Jadi, menulislah agar dunia mengenalmu,” pungkasnya. (usman/malik/bas)