27 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Berbusana Adat, Ribuan Orang Kirab Budaya

Haul Sunan Pandanaran

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SEMARANG–Ribuan orang berbusana adat Jawa mengikuti kirab budaya. Kirab dalam rangka memeriahkan rangkaian Haul Sunan Pandanaran ke-517, Sabtu (14/9) pagi. Mereka terdiri atas anggota komunitas dan umat lintas agama.

Pagi kemarin, sepanjang ruas Jalan Menteri Supeno mulai dari perempatan Kiai Saleh hingga Taman Indonesia memang ditutup. Tentunya supaya kirab budaya bisa berjalan dengan lancar. Kirab dimulai dari Taman Indonesia Kaya, menuju Jalan Menteri Supeno, dilanjutkan lewat Jalan Mugas Raya, Jalan Mugas Dalam II, hingga finish di Makam Ki Ageng Pandanaran di Mugas.

Adapun prosesi kirab dipimpin dan dipandu oleh KRHT Suldiyan Wijoyo Kusumo, KRMH Aksa Prabu Wisnu Aji dan H Aris Pandan S.Kom MM selaku imam. Terlihat sejumlah arak-arakkan mulai dari gunungan nasi ingkung, hingga patung Garuda Pancasila.

Kemudian setelah sampai di Makam Ki Ageng Pandanaran, tradisi penggantian kain klambu penutup makam dilakukan. Tradisi sakral bernama ‘Buka Luwur’ tersebut pun berlangsung khidmat. Ketua Yayasan Sosial Sunan Pandanaran, Aris Pandan Setiawan mengatakan Buka Luwur merupakan kegiatan yang harus dilakukan dalam haul tahunan tersebut.

“Prosesi buka luwur dan kirab ini adalah rangkaian dari Haul ke-517 Sunan Pandanaran,” katanya. Sebagai bagian dari rangkaian haul juga akan dilakukan tawasul Akbar oleh para habaib serta ulama. “Itu adalah puncak acaranya,” tuturnya.

Malam sebelumnya, ribuan jamaah dan para habaib memutihkan kompleks makam pada pembukaan Haul Ke-517 Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran. Selama tiga hari, mulai Jumat (13/9) hingga Minggu (15/9), Yayasan Sosial Sunan Pandanaran menggelar Haul Ki Ageng Pandanaran ke-417.

Seperti diketahui, Haul Sunan Pandanaran dilaksanakan setiap tanggal 17 Muharam. Acara itu berlangsung di kompleks Makam Sunan Pandanaran, Jalan Mugas Dalam II/4, Kelurahan Mugassari, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.

Menurut cerita, Sunan Pandanaran berdiam dan membuka pesantren di Pulau Tirang Amper, sekarang daerah Mugas, Semarang Selatan. Beberapa waktu kemudian, pesantren tersebut dipindahkan ke daerah Pegisika.

Lalu, Sunan Pandanaran membuka daerah baru yang kini dikenal sebagai Bubakan. Seiring waktu, Semarang berkembang pesat dan menjadi kadipaten di bawah Kesultanan Demak. Dia berharap tradisi ganti luwur dan makam Sunan Pandanaran bisa dijadikan objek wisata religi di Kota Semarang. “Kami bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan bersinergi dengan Kadin dan PHRI untuk akomodasi wisatawan nantinya,” ujar Aris.

Selain itu dalam prosesi menjadikan makam Sunan Pandanaran menjadi wisata religi, Yayasan Sosial Sunan Pandanaran akan terus melakukan pembenahan infrastruktur agak lebih baik lagi.

Sementara itu, Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang, Indriyasari mengatakan jika rangkaian tradisi tersebut juga bisa menjadi salah satu wisata religi. “Iya, baik dalam maupun luar Kota Semarang, karena ini merupakan salah satu bagian dari tradisi warga di Kota Semarang,” ujar Iin, sapaan akrabnya. (ewb/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya