RADARSEMARANG.COM, SEMARANG—Petugas Balai Karantina Pertanian (BKP) kelas 1 Semarang menemukan enam kontainer kacang tanah yang terinfeksi serangga Kumbang Kapra atau Trogoderma Granarium yang sangat berbahaya, Selasa (10/9). Pasalnya, serangga tersebut lingkaran hidupnya sangat lama, dan hewan itu menyerang semua jenis biji-bijian, sehingga tidak boleh masuk ke Indonesia.
Koordinator Pejabat Fungsional BKP kelas 1 Semarang Heri Widarta mengatakan, kontainer tersebut sudah berada di Pelabuhan Tanjung Emas selama selama satu minggu. Belakangan diketahui kontainer berisi kacang tanah tersebut terdapat serangga Kumbang Kapra, sehingga petugas BKP kelas 1 Semarang melakukan fumigasi
“Kami hanya mengawasi dalam pelaksanaan Fumigasi terhadap enam kontainer tersebut. Karena serangga ini sangat berbahaya dan tidak boleh masuk Indonesia. Apabila masuk ke Indonesia, maka negara Indonesia akan mengalami kesulitan ketika mengekspors komoditas pertanian,” katanya kepada RADARSEMARANG.COM.
Untuk menjaga agar tidak terserang serangga Kumbang Kapra di Pelabuhan Tanjung Emas, terutama biji-bijian impor, petugas karantina harus ekstra ketat dalam menjaga dan mengawasinya. Kontainer itu berada di depo Peti Kemas Pelindo berjumlah enam kontainer. Dari enam kontainer itu, dua kontainer berisi 20 bit dan empat berisi 40 bit atau total 100 ton.
“Untuk nilai nominalnya belum tahu, itu urusan pengimpor,” imbuhnya.
Menurutnya, jenis serangga yang khas negara Sudan itu perlu dicegah agar tidak masuk Indonesia. Sedangkan untuk penyebarannya sendiri di India dan Afrika. Untuk mengantisipasinya, salah satunya barang tersebut tidak boleh keluar dari pelabuhan dan harus diradiasi dengan cara fumigasi.
“Untuk dosis fumigasi dengan Metil Bromida sebanyak 80 gram per meter kubik selama 48 jam yang dilakukan oleh perusahaan dan kita hanya mengawasi saja,” jelasnya.
Fumigasi itu dilakukan sekali. Setelah sehari akan dilihat apakah masih ada serangga yang masih hidup apa tidak? Tetapi apabila ditemukan serangga masih hidup akan dilakukan tindakan berikutnya, misalnya dengan melakukan penolakan dengan dimusnahkan dengan cara dikubur.
“Serangga ini juga disebut sebagai serangga gudang yang hidup di penyimpanan. Di Indonesia banyak biji-bijian, seperti jagung dan kedelai sebagai makanan utama serangga ini. Kumbang Kapra ini bisa hidup selama puluhan tahun tanpa makan. Sehingga bisa bertahan, apalagi di Indonesia itu sangat mendukung,” tambahnya.
Untuk itu, sebelum sampai gudang, pihaknya melakukan fumigasi dahulu, kalau perlu melakukan penolakan. Sedangkan ansipasi lainnya dengan mengomplain negara asal, dan memperingatkan negara asal agar tidak impor dari negara Sudan.
“Nanti kantor pusat akan notifikasi ke negara asal bahwa biji kacang tersebut telah terinfestasi oleh serangga Kumbang Kapra. Kemungkinan Badan Karantina akan memberitahukan atau memperingatkan negara asal tersebut dan tidak akan impor lagi dari negara asal yakni Sudan,” imbuhnya.
Fumigator, Koswoyo, mengatakan, dengan dilakukannya fumigasi, maka diharapkan hama yang ada di dalam kontainer itu tidak bisa menyebar ke daerah lain. “Harapannya, serangga itu tidak bisa menyebar ke daerah lain melalui perlakuan fumigasi,” katanya.
Perwakilan dari Importir PT Muara Berkah, Yulia, mengatakan, untuk barang tersebut biasanya mengambil dari negara Sudan dan India. Tetapi pihaknya tidak tahu kalau kacang itu terkontaminasi serangga Kumbang Kapra.
“Biasanya dari sana sudah dilakukan fumigasi. Kemarin ditemukan serangga, dan sesuai arahan dari pihak karantina, dengan melakukan fumigasi dinilai sudah layak dan aman untuk jangka panjangnya. Sehingga bisa menuntaskan masalah serangga ini,” ujarnya.(hid/aro)