RADARSEMARANG.COM, SEMARANG – Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengaku geram dengan proses relokasi SMP Negeri 16 Semarang yang molor sampai bertahun-tahun lamanya. Pasalnya, menurut Hendi –sapaan akrabnya– hal itu sudah memengaruhi proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di sekolah tersebut. “Saya sudah gemes, ini sekolah sudah sangat terganggu karena lokasinya sudah berkurang hampir separonya. Tetapi proses pergantian lahan oleh Jasamarga sampai sekarang belum clear,” ujar Hendi saat ditemui Rabu (28/8).
Pihaknya terus mendorong kepada Dinas Pendidikan Kota Semarang untuk berkomunikasi dengan pihak Jasamarga sebagai leading sector pembangunan tol Semarang – Batang. “Saya sudah memarahi terus dalam hal ini Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang. Saya minta supaya lebih baik lagi komunikasinya dengan Jasamarga,” tuturnya.
Hendi berharap, supaya SMPN 16 Kota Semarang tersebut segera direlokasi di tempat yang tidak jauh dari sekolah lama. “Harapan saya, SMPN 16 dapat dipindah di dekat-dekat situ,” harapnya.
Tentunya lokasinya bisa lebih luas, tenang, dan kondusif untuk belajar peserta didik. “Lokasi yang lebih luas, dibangun baru, dan buat anak-anak kita ini bisa belajar dengan tenang,” ujarnya.
Hendi juga prihatin dengan kondisi SMPN 16 Kota Semarang seperti saat ini. Pasalnya, lingkungan sekolah sudah tidak relevan untuk dijadikan tempat belajar peserta didik. “Kalau hari ini menurut saya tidak keren, infrastrukturnya tidak oke. Pola pembelajaran juga tidak nyaman karena bising,” katanya.
Bahkan, lanjutnya, karena keterbatasan ruang, tempat guru akhirnya digeser ke aula. Sementara untuk ruang guru lama digunakan untuk ruang kelas. “Bahkan karena keterbatasan ruang sendiri itu juga membuat ruang guru sementara menempati aula,” tuturnya.
Pengamat Pendidikan dari PGRI Jateng Sudharto menegaskan, jika dalam hal ini SMPN 16 dan Pemkot Semarang merupakan korban dari pembangunan tol yang tidak terkonsep dengan baik. “Seharusnya dari awal itu tentang relokasi (SMPN 16) sudah direncanakan. Bukan bras-bres seperti itu,” ujar Sudharto.
Menurutnya, Jasamarga sebagai leading sector pembangunan tol harus bertanggungjawab atas rentetan dampak akibat buruknya perencanaan. “Kalau ini berlarut-larut artinya orang-orang di Jasamarga sama sekali tidak punya mindset yang bener terhadap pendidikan,” katanya.
Padahal, lanjutnya, peserta didik SMPN 16 Semarang adalah mereka yang disiapkan untuk memimpin bangsa kelak. Generasi emas dapat diperoleh melalui pendidikan yang baik pula. Di mana di dalamnya juga terdapat fasilitas yang baik. Namun, lanjutnya, hal itu rupanya tidak terjadi di SMPN 16 Semarang. Sekolah tersebut tidak memiliki fasilitas yang baik. Tentunya untuk mencetak generasi emas juga hanya isapan jempol belaka. “Dan itu salahnya siapa? Salahnya Jasamarga karena tidak mengonsep pembangunan tol dengan baik,” ujarnya. (ewb/aro)