RADARSEMARANG.COM, SEMARANG–Musim kemarau menyebabkan ribuan sawah di Jawa Tengah puso. Total ada 9676 hektare sawah yang tersebar di 21 kabupaten.
Terparah ada di Kabupaten Grobogan. Yakni ada 1827 hektare. Kemudian di Kabupaten Pati ada 1791 hektare dan Wonogiri ada 1204 hektare. Dibandingkan luas panen per Juli 2019, yakni 1.246.424 hektare, rasio luas sawah puso adalah sebesar 0,7 persen.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Suryo Banendro mengatakan bahwa sejumlah petani yang dilanda puso sudah mengajukan klaim asuransi. Mengenai daerah mana saja yang sudah mengajukan, pihaknya sedang melakukan verifikasi.
Memang, ia katakan, petani atau kelompok tani yang di awal musim telah terdaftar dalam program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) bisa mengajukan klaim saat padinya puso atau gagal panen akibat bencana kekeringan.
”Saat ini baru untuk komoditas padi. Klaimnya sebesar 6 juta per hektare,” jelasnya kepada RADARSEMARANG.COM ini saat ditemui di gedung DPRD Provinsi Jawa Tengah, Senin (12/8).
Mengenai asuransi ini, dikatakannya, sebanyak 225.000 hektare sawah ditanggung pemerintah pusat melalui APBN. Untuk preminya, dari Rp 180.000 sebanyak 20 persennya ditanggung petani. Atau sebesar Rp 36.000.
Sementara itu, dari APBD Jateng juga menanggung 45.000 hektare sawah lewat asuransi. Khusus bagi petani miskin dengan sawah di bawah 0,5 hektare, premi ditanggung oleh pemerintah. ”Tapi keduanya sama. Klaimnya Rp 6 juta,” ujarnya.
”Syaratnya memang setiap awal musim, mereka harus daftar. Sehingga ketika ada bencana kekeringan, banjir dan bencana biologis bisa mengajukan klaim,” imbuhnya.
Tidak hanya melalui asuransi, upaya penanggulangan gagal panen akibat bencana kekeringan ini sebenarnya sudah dilakukan. Seperti menginformasikan kepada para petani terkait iklim berdasar pantauan BMKG. Kemudian memberikan rekomendasi budidaya tanaman. Seperti penggunaan varietas toleran kekeringan.
”Kemudian menerapkan sistem pengairan berselang sehingga penggunaan air lebih efisien, serta air dapat digunakan secara merata,” jelasnya.
Selain itu, ditambahkannya, dengan meminta petani mengikuti pola tanam yang telah ditetapkan. Termasuk meminta petani untuk menggunakan pupuk organik. Sebab akan meningkatkan daya ikat air dalam tanah. (sga/ida)