26 C
Semarang
Saturday, 21 December 2024

UKSW Sajikan Keberagaman Budaya Indonesia lewat IICF 2022

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Salatiga –  Puluhan stan berhiaskan pernak-pernik khas etnis dari Sabang sampai Merauke berjajar di pinggir lapangan bola UKSW. Adanya gelaran Culture
Festival sebagai rangkaian agenda Indonesian International Culture Festival (IICF) 2022.

Agenda tahunan yang merupakan pesta budaya dari, oleh, dan untuk mahasiswa ini kembali digelar setelah dua tahun diadakan secara online akibat pandemi Covid-19. IICF 2022 mengusung tema Akulah Elemen Budaya.

Menurut ketua panitia Viola Naduma Eirene, sebanyak 23 etnis mahasiswa serta perkumpulan mahasiswa asal Timor Leste yang ada di UKSW berpartisipasi dalam acara ini. Mereka adalah Mahasiswa dan Siswa Timor, Etnis Minahasa, Pelajar dan Mahasiswa Maluku, Mahasiswa Sulawesi Tengah, Mahasiswa Moloku Kie Raha, Mahasiswa Sumatra Selatan, Mahasiswa Sumba), Etnis Batak Toba, Mahasiswa Jawa, Etnis Batak Karo.

Lainnya, Keluarga Ononiha, Mahasiswa Sulawesi Tenggara, Mahasiswa Talaud se DIY dan JATENG, Mahasiswa dan Pelajar Kalimantan Tengah, Perhimpunan Keluarga Kalimantan Salatiga, Mahasiswa Perantauan Lampung, Mahasiswa dan Pelajar Papua Barat, Keluarga Besar Bali, Mahasiswa Siswa Toraja, Etnis Simalungun), Mahasiswa Alor, Persaudaraan Ana’u Tolada, Mahasiswa Sangihe, serta Parurukat Togat Mentawai.

Para pengunjung dapat melihat pakaian adat yang dikenakan para ikon, beberapa replika rumah adat, aksesoris dan pernak-pernik, serta makanan khas dari masing-masing etnis tersebut. Bahkan, pengunjung dapat mencicipi makanan yang disajikan secara gratis dan melihat pertunjukkan tari dan musik.

Tampak unik yakni stand HIMPPAR yang dihiasi dengan tiruan rumah adat Honai dari kayu dan atap jerami berbentuk kerucut. Di depannya, berdiri dua pasang mahasiswa yang memakai baju adat Papua berupa cawat dan koteka lengkap dengan aksesorisnya. Mereka juga memamerkan beberapa tas, hiasan dan juga kain khas Papua.

Stan yang tak kalah mencuri perhatian lainnya adalah dari PERWASUS. Mereka menampilkan miniatur rumah adat lengkap dengan kepala kerbau pada stand mereka. Jordan dan Agia, mahasiswa yang menjadi ikon etnis ini menjelaskan bahwa banyaknya tanduk kerbau melambangkan status sosial dari pemilik rumah tersebut.

Dalam budaya mereka, semakin banyak tanduk kerbau yang dipajang di depan rumah seseorang, diartikan dengan semakin tingginya status sosial seseorang. Makanan yang khas yaitu ubi jalar yang dinikmati dengan sambal dan roe tak lupa disajikan.

Singgah di stand lainnya, mahasiswa etnis Bali yang tergabung dalam KBBS menyuguhkan ayam suwir dan ayam lilit sebagai makanan khas Bali yang sering disajikan dalam acara-acara ucapan syukur. Ada pula gobogan yang berisi buah, minuman dan kue untuk upacara adat yang berhiaskan lambang dewa. Etnis Bali juga menampilkan kepala gogoh, kesenian Bali yang dibuat sendiri oleh mahasiswa dari etnis ini.

Winona, siswi kelas lima Sekolah Dasar Kristen Satya Wacana yang turut menikmati pesta budaya ini mengungkapkan kalau dirinya senang dapat melihat keanekaragaman budaya Indonesia.

“Banyak makanan yang dipamerkan, ada makanan dari luar Jawa yang mirip dengan makanan disini. Walaupun aku belum pernah ke daerah lain di luar Jawa tapi aku bisa lihat makanan, baju adat, dan aksesorisnya disini,” ujarnya.

Gelaran IICF bertambah meriah dengan ditampilkannya beragam tarian dan band etnis. Dengan mengenakan pakaian adat, para mahasiswa tampak antusias menari. Dalam beberapa tarian bahkan penonton juga diajak menari bersama. (sas/bas)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya