RADARSEMARANG.COM, Salatiga – Bayi stunting di Salatiga meningkat dari 7,07 persen menjadi 8,34 persen. Jika berdasarkan bulan timbang Agustus 2021, bayi dibawah dua tahun yang stunting berjumlah 856 anak atau sebesar 9,03 persen.
Kepala Bappeda Kota Salatiga Muthoin menuturkan, prevalensi stunting tertinggi di Kecamatan Sidomukti. Tepatnya di Kelurahan Kecandran sebesar 9,91 persen.
Kecamatan Sidorejo tepatnya di Kelurahan Bugel sebesar 17.77 persen. Untuk prevalensi stunting di Kecamatan Argomulyo berada di Kelurahan Kumpulrejo sebesar 20,26 persen dan Kelurahan Randuacir 16,06 persen. Sedangkan di Kecamatan Tingkir berada di Kelurahan Tingkir Tengah sebesar 15,26 persen dan Tingkir Lor sebesar 13,13 persen.
Upaya Pemerintah Kota Salatiga dalam hal percepatan penurunan stunting pada Tahun 2021, telah mengalokasikan anggaran pendukung penurunan stunting sebesar Rp 42,291 miliar, atau 10,59 persen dari belanja barang dan jasa.
“Namun, angka bayi stunting di Kota Salatiga pada Tahun 2021 masih relatif tinggi, sehingga dibutuhkan lagi kerja sama dan gotong royong dari berbagai pihak, tak terkecuali perguruan tinggi dan dunia usaha industri,” ungkap Muthoin dalam pembukaan Rembuk Stunting Kota Salatiga Tahun 2022, di Ruang Kaloka Gedung Setda, Pemkot Salatiga.
Rembuk Stunting, menurut Pj. Wali Kota Salatiga, Sinoeng N. Rachmadi, membawa konsekuensi terhadap pengawalan secara riil, konkret dan segera terhadap ibu hamil.
Oleh karena itu Sinoeng meminta supaya pada kegiatan Rembuk Stunting yang akan datang, dapat dikemas berupa pemaparan para Lurah tentang cerita-cerita inspiratif, sedangkan Pj. Wali Kota beserta pimpinan lintas sektor yang menjadi pesertanya. (sas/bas)