32.3 C
Semarang
Monday, 23 June 2025

Masih Bolong-Bolong, Dhuhur Ashar Salat, Magrib Jarang

Majelis Taklim di Lembah Hitam (7-Habis)

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Para LC lebih memilih mendengarkan lantunan bacaan Alquran dari masjid di kawasan Wisata Karaoke Sarirejo dari rumah atau kos masing-masing. Mereka merasa malu dengan warga.

SEORANG perempuan muda turun dari tangga lantai dua di MiniOne Karaoke, Sarirejo kemarin siang. Mengenakan celana jeans dan kaos biru muda dengan lengan panjang membuatnya terlihat santai.

Sapaan ceria terdengar saat bertemu RADARSEMARANG.COM. Rambutnya tergerai lurus, terlihat basah seperti habis keramas. “Biasa siang dipakai until beristirahat,” tutur Sasha, perempuan berusia 23 tahun asal Batang ini.

Namun siapa sangka, ladies companion (LC) atau pemandu lagu yang sudah 3.5 tahun bekerja ini adalah lulusan pondok pesantren. “Ramadan siang biasanya membaca Alquran di kamar. Selain itu, jika memungkinkan membaca surat Yasin usai Maghrib tiap hari Jumat,” terangnya saat berbincang di ruang tamu rumah itu.

Hanya saja, saat ini, ia dan teman-temannya jarang ke masjid di kawasan Wisata Karaoke Sarirejo tersebut. Ia memilih beribadah di kamarnya sendiri. Saat ditanya alasannya jarang ke masjid di bulan Ramadan, dirinya hanya tersenyum. “Dulu saat awal di sini, selalu ke masjid,” jelas anak bungsu dari tiga bersaudara ini.

Sasha mengaku masih lancar membaca dan menulis Alquran. Ia masih rutin menjalankan salat. Walaupun masih bolong-bolong. “Biasanya Dhuhur dan Ashar. Sementara Maghrib jarang,” akunya.

Ia mengaku jadi tulang punggung keluarga. Ia tiap Lebaran pulang ke rumahnya dan bertemu dengan kedua orang tuanya. Dirinya terjun menjadi pemandu lagu setelah ada persoalan dengan kekasihnya.

Selain itu, dia dan teman-temannya berjualan makanan ringan dan kue Lebaran. Mereka bersama-sama membantu menyiapkan makanan yang dijual dalam kemasan kecil.

Terpisah, pengurus paguyuban karaoke Sarirejo, David Minione menuturkan, para LC yang masih bertahan di Sarirejo hanya 25 persen. Jumlahnya kini berkisar 150-an orang yang tersebar di 46 rumah karaoke. Saat ini rumah karaoke tetap buka mulai pukul 20.00-24.00. “Para LC memang jarang ke masjid karena merasa malu dengan warga. Jadi banyak yang memilih beribadah di rumahnya masing-masing,” jelas David.

Ia beberapa kali sudah menegaskan, para pengelola tidak ada yang mempermasalahkan jika para LC beribadah ke masjid. Pihak paguyuban berusaha ikut memeriahkan Ramadan agar antara warga dan pekerja (LC) bisa semakin guyub. Di antaranya dengan membagi takjil kepada masyarakat.

“Banyak kegiatan yang tujuannya agar semua bisa guyub. Misalnya vaksinasi booster beberapa waktu lalu dan rencana pembagian takjil,” jelas dia.

Pendamping paguyuban dan pekerja, Alfred Lehurliana menambahkan, jika suasana Ramadan cukup terasa. Pengajian dan lantunan pengajian dari masjid setempat bisa didengar hingga kamar para pekerja. (*/ida)


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya