RADARSEMARANG.COM, Semarang – Gempa yang melanda Salatiga-Ambarawa belum berhenti hingga Sabtu (23/20/2021) petang. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat telah terjadi 22 gempa susulan di wilayah Kota Salatiga dan sekitarnya.
Gempa ke-22 terjadi pukul 17.15 WIB dengan Magnitudo 3,5.
Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam rilisnya mengatakan, jika aktivitas “gempa kecil” ini terus terjadi di Banyubiru, Ambarawa, Salatiga terus berlanjut maka dapat mengarah pada aktivitas swarm.
“Ini adalah bentuk gelombang gempa (waveform) yg dicatat oleh stasiun seismograf Semarang yang mencatat gempa Ambarawa magnitudo 3,0. Tampak gelombang S-nya sangat jelas dan nyata menunjukkan ada pergeseran tiba-tiba dua blok batuan (slip). Ini bukti gempa yg terjadi adalah gempa tektonik,” katanya.
“Semoga rentetan aktivitas gempa ini adalah swarm yang tidak muncul gempa besarnya. Dari segi sebaran temporal magnitudo nya sudah bisa dikategorikan swarm,” katanya.
Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa dengan magnitudo relatif kecil dengan frekuensi kejadiannya sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama di wilayah sangat lokal.
Jika gempa pada umumnya terjadi karena aktivitas tektonik, gempa swarm justru terjadi karena proses kegunungapian (vulkanik). Gempa swarm yang dihasilkan karena aktivitas tektonik murni hanya sedikit.
“Gempa swarm tidak hanya berkaitan dengan kawasan gunung api. Beberapa laporan menunjukkan bahwa aktivitas swarm juga dapat terjadi di kawasan non-vulkanik. Swarm juga dapat terjadi di kawasan dengan karakteristik batuan yang rapuh yang terbangun medan tegangan, sehingga mudah terjadi retakan (fractures),” sambungnya.
Fenomena gempa swarm sudah terjadi beberapa kali di Indoesia. Di antaranya di Klangon, Madiun, pada Juni 2015; Halmahera Barat pada Desember 2015; dan Mamasa, Sulawesi Barat, pada November 2018. (*/bas)