RADARSEMARANG.COM, Salatiga – Lonjakan drastis kasus positif covid membuat pemerintah tegas melarang kerumunan. Termasuk pernikahan. Meski kecewa karena resepsi pernikahannya dibatalkan, namun pasangan mempelai Yves Christio Dyarenggasto (Tyo) dan Primadinar Sekar Ratri (Dinar) tetap berusaha menikmati hari istimewa mereka. Di antaranya dengan membagikan makanan yang sudah disediakan untuk tamu kepada masyarakat umum.
Pasangan Tyo, 28, dan Dinar, 26, asal Karang Alit Salatiga, sudah mempersiapkan pernikahan mereka cukup lama. Segala keperluan guna merayakan momentum istimewa dalam perjalanan hidupnya. Mereka sudah berpacaran selama tiga tahun dan akhirnya memutuskan untuk menikah pada Minggu, 27 Juni 2021 di salah satu hotel di Kota Salatiga. Namun, 2 hari sebelum hari pernikahan yang telah mereka rencanakan, rencana harus dibatalkan. Semua berubah total karena meningkatnya kasus korona di Kota Salatiga. Mau tidak mau harus mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak melaksanakan event-event yang mengundang kerumunan, termasuk acara pernikahan.
“Kami sudah booking venue, dekorasi, katering, bahkan undangan teman-teman dan kerabat terdekat sudah kami sebarkan, tapi ya udahlah,” ungkap Tyo dengan rasa kecewa.
Hal ini benar-benar membuat syok dan sedih. Tapi akhirnya Tyo dan Dinar memutuskan untuk tetap melangsungkan acara pernikahan hanya dengan melaksanakan acara pemberkatan di gereja. Tentunya kerabat terdekat yang bisa hadir dalam acara tersebut. Mereka pun juga membuat live streaming acara tersebut agar keluarga yang lain, teman-teman dan sahabat tetap bisa ikut merasakan kebahagiaan mereka berdua.
Meski memutuskan menikah tanpa resepsi, bukan berarti keduanya tidak ingin hari bahagia mereka dihadiri oleh kerabat dan sahabat-sahabat terdekat saja. Untuk mengobati sedikit rasa kecewa mereka, mereka berdua juga ingin di hari yang bahagia ini, orang-orang di luar sana juga bisa ikut merasakan kebahagiaan yang mereka rasakan.
Setelah acara pemberkatan di gereja mereka berdua pun berkeliling Kota Salatiga untuk membagikan makanan untuk orang-orang yang membutuhkan. Masih dengan memakai pakaian yang dipakai di acara pemberkatan, Tyo menggunakan jas, dan Dinar yang menggunakan gaun, mereka berjalan menyusuri beberapa sudut kota di Salatiga. Seperti lapangan Pancasila, Jalan Jendral Sudirman. Mereka membagikan sedikit rejeki dan berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di luar sana. Mereka berdua pun mendapatkan ucapan dan doa dari banyak orang. Ratusan bingkisan habis dibagikan.
Menikah di kala pandemi berarti bersyukur dengan kesederhanaan, bahwa esensi dari menikah adalah niat baik untuk berkeluarga. “Walaupun gagal resepsi, tapi nggak gagal nikah jadi tetap bersyukur aja. Berbahagia dengan kembali ke intinya saja, bahwa pernikahan itu adalah untuk beribadah, untuk bahagia, dan berbagi kebahagiaan,” katanya. (sas/ton)