RADARSEMARANG.COM, Salatiga – Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Provinsi Jateng bersama Pusat Koperasi Tempe (Puskopti) menggelontorkan 20 ton kedelai untuk para perajin tahu tempe di Kota Salatiga, Senin (25/1/2021) kemarin. Kedelai tersebut dijual di bawah harga pasar.
Operasi pasar ini dilakukan seiring naiknya harga kedelai yang meresahkan para perajin tahu tempe beberapa waktu terakhir. Sebenarnya tak hanya di Salatiga, operasi pasar kedelai ini dilakukan di juga lima daerah di Jateng. Selain Salatiga, digelar juga di Boyolali, Klaten, Magelang, Pekalongan dan Batang.
Kepala DKP Jateng Agus Wariyanto mengatakan, ini merupakan operasi pasar tahap pertama. Sedangkan penyaluran kepada perajin tahu tempe diserahkan kepada Puskopti.
“Operasi pasar kedelai ini mematok harga Rp 8.500 per kilogramnya. Saat ini harga di pasaran sekitaran Rp 9000-an. Kami berharap dengan adanya operasi pasar, usaha perajin tahu tempe bisa menggeliat lagi,” ujarnya.
Sementara Ketua Puskopti Jateng Sutrisno Supriyantoro mengatakan, dalam operasi pasar ini, Kota Salatiga mendapat jatah 20 ton yang diperuntukkan bagi 150 pelaku usaha tahu tempe pada tahap pertama ini. “Di Salatiga sendiri ada sekitar 243 perajin tahu tempe. Karena itu, lainnya menyusul berikutnya,” katanya.
Dikatakan Sutrisno, operasi pasar kedelai ini sangat membantu pelaku usaha tahu tempe dalam mendapatkan bahan baku dengan harga terjangkau. Karena harga di pasaran saat ini kisaran antara Rp 9.500 hingga Rp 10.000 per kilogram. ”Harga operasi pasar ini Rp 8.500, sehingga ada selisih antara Rp 1.000 hingga Rp 1.500, “ jelasnya.
Sutrisno berharap Pemkot Salatiga bisa memberikan subsidi kedelai kepada para pelaku usaha tahu tempe. Karena saat ini, mereka sedang menghadapi dua masalah, yaitu terdampak pandemi Covid-19 dan juga kenaikan harga kedelai. “ Jika dalam tiga bulan ke depan kondisi masih seperti ini, maka mereka bisa gulung tikar,” pungkasnya.
Salah seorang perajin tahu Muh Manto, 60, warga Tingkir Tengah mengatakan, operasi pasar kedelai ini sangat membantu para pelaku usaha di Salatiga. “Kenaikan harga kedelai saat ini sangat memberatkan para pelaku usaha tahu tempe. Otomatis biaya produksi bertambah sehingga omzet penghasilan juga turun,” katanya. (sas/ida)