RADARSEMARANG.COM, SALATIGA – Ribuan warga mengikuti kirab yang dilaksanakan bersamaan dalam rangka merti desa di Warak dan Grogol pada Minggu (6/10) pagi. Kirab yang memamerkan hasil bumi ini merupakan kegiatan tahunan dan mendapatkan respons serta apresiasi yang positif dari masyarakat.
Kirab dilaksanakan dalam waktu yang hampir bersamaan. Warga Warak berkeliling di wilayahnya dengan menggunakan pakaian tradisional serta berbagai atraksi yang ditampilkan. Tidak kalah meriahnya yang dilakukan oleh warga Grogol yang juga berkeliling wilayahnya dengan aneka hal yang dipamerkan ke masyarakat.
Bedjo Siswo Wiratomo, ketua RW 4 Grogol menuturkan jika kegiatan ini merupakan agenda tahunan. Kirab ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas karunia yang diperoleh warga selama setahun ini.
“Agenda merti desa ini sudah dilakukan sejak zaman leluhur. Biasanya hanya tradisi wayang kulit, namun sekarang ditambah reog dan juga slametan satu kampung,” terang Bedjo.
Peserta kirab ini hampir semua warga desa. Seluruh warga masing–masing RT menunjukkan kelebihan masing – masing. Tidak luput pula drumband, drumblek hingga reog pun ikut memeriahkan kirab.
Sementara untuk kirab di Warak, para peserta membawa replika ketela raksana serta aneka hasil kebun. Anak – anak pun ikut memeriahkan kegiatan tahunan ini. Ibu – ibu mengenakan kebaya dan membawa tenggok yang berisi hasil pertanian. Ada juga yang berdandan ala karnaval, yakni menjadi pocong maupun
“Cukup meriah dan bagus. Perlu lebih dipromosikan sehingga masyarakat banyak yang menyaksikannya,” terang Adista, salah satu penonton yang sengaja datang untuk menyaksikan pawai tersebut.
Kirab budaya merti desa juga digelar oleh warga Dusun Silowah, Desa Pagersari, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang. Ratusan warga mengenakan berbagai kostum menarik, mulai dari tokoh wayang, adat, hingga kostum hasil kreativitas peserta, berjalan menyusuri jalan desa Sabtu (5/10) sore.
Kirab semakin meriah dan menarik perhatian masyarakat karena peserta juga menampilkan barongsai, tari topeng ayu, punakawan, hingga berdandan menyerupai Arjuna dan Shinta sambil menungang kuda.
Terlihat juga gunungan hasil bumi maupun tumpeng dan ogoh-ogoh. Masyarakat pun terlihat memadati jalur kirab untuk menyaksikan keunikan peserta. Tak sedikit penonton mengabadikan agenda tahunan tersebut menggunakan kamera ponsel.
Kepala Desa Pagersari Rusdiatmoko mengatakan, kegiatan ini menjadi cambuk bagi desa yang dipimpinnya dan berharap bisa sebagai contoh untuk desa lain. Penyelenggaraan merti dusun bertujuan agar bumi Silowah bisa membawa kemakmuran bagi seluruh penduduk. Ia juga berharap agar hasil pertanian warga dapat berbuah bagus, terhindar dari hama penyakit, dan membawa kemakmuran bagi seluruh warganya.
“Merti dusun ini sebagai bentuk syukur pada Sang Pencipta yang telah memberikan kerahmatan dan kenikmatan. Disamping itu juga untuk nguri-uri budaya di tanah Jawa, ” ungkapnya usai kirab budaya. (sas/ria/zal)